Mohon tunggu...
Ismi Afifah
Ismi Afifah Mohon Tunggu... Konsultan - S1 PWK UNIVERSITAS JEMBER

Hi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Eksternalitas sebagai Penyebab Memburuknya Kondisi Bumi

21 Maret 2020   10:09 Diperbarui: 21 Maret 2020   10:21 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Eksternalitas merupakan manfaat ataupun dampak yang diterima oleh pihak ketigatan mereka tidak dapat memilih untuk mendapatkan dampak tersebut atau tidak. 

Eksternalitas merupakan dampak yang tidak dapat dipilih atau ditolak oleh pihak ketiga karena kejadiannya diluar kontrol dari pihak tersebut, oleh karena itu banyak yang menganggap bahwa eksternalitas merupakan sesuatu yang bersifat negatif. Namun, sebenarnya eksternalitas memiliki dampak positif dan negatif. 

Eksternalitas positif sebenarnya juga membawa dampak yang merugikan, namun yang dirugikan adalah pihak pelaku. Hal ini disebabkan karena pelaku memberikan manfaat yang berguna bagi banyak pihak yang seharusnya ada balasan jasa atau insentif yang diberikan oleh pihak lain. Sedangkan eksternalitas negatif merupakan aktivitas ekonomi yang menyebabkan dampak negatif pada pihak ketiga. 

Dampak ini dapat muncul saat tahap produksi, distribusi, atau konsumsi dari suatu produk. Rata-rata eksternalitas negatif berhubungan dengan dampak lingkungan dari kegiatan ekonomi. Eksternalitas negatif biasanya dibagi menjadi dua, yaitu dari segi produksi dan dari segi konsumsi. Berikut adalah beberapa contoh dari eksternalitas negatif dari segi produksi.

  • Polusi udara yang disebabkan oleh kegiatan produksi dan distribusi barang dapat menyebabkan kerusakan bagi lingkungan maupun bangunan yang ada serta dapat menimbulkan penyakit kulit dan penyakit pernapasan bagi masyarakat sekitar.
  • Polusi air yang disebabkan oleh keggiatan  produksi dan distribusi barang lewat laut juga bisa menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Pencemaran air yang parah juga bisa saja memperburuk air yang dapat di minum oleh manusia.
  • Polusi tanah jugadapat terjadi karena pembuangan sampah dan aktivitas produksi seperti pertambangan dan pengeboran yang dapat merusak ekosistem. Tidak hanya itu, polusi tanah juga bisa mengurangi luas daerah yang bisa digunakan sebagai lahan terbangun.
  • Perubahan iklim dapat terjadi karena peningkatan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan kurangnya produktivitas pertanian, mengubah pola cuaca dan mempengaruhi ekosistem.
  • Penyimpanan limbah juga termasuk dalam eksternalitas negatif. Penumpukan sampah yang ada di tempat pembuangan akhir dapat menyebabkan polusi tanah dan air.
  • Spam dalam penjualan juga dapat mengganggu kenyamanan dari masyarakat yang ditargetkan sebagai konsumen. Spam ini dapat berupa surat elektronik, pengiriman surat fisik,telepon, maupun para SPG yang sedang mempromosikan barang dagangannya.

Berikutnya adalah beberapa contoh dari eksternalitas negatif dari segi produksi.

  • Kekebalan antibiotik ini bisa terjadi karena para pasien mengkonsumsi antibiotik secara tidak terkontrol sehingga dapat merugikan pasien itu sendiri. Hal ini juga menuntut perusahaan menciptakan antibiotik yang lebih kuat namun memiliki harga yang mahal.
  • Merokok  bisa menyebabkan gangguan pernapasan tidak hanya bagi perokok aktif tetapi juga bagi orang-orang yang ada disekitar perokok aktif. Selain itu, asap yang dihasilkan juga dapat mengganggu kenyamanan orang lain.
  • Kemacetan dapat terjadi karena banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi sehingga dapat memperpadat keadaan jalanan. Selain itu, dengan banyaknya kendaraan bermotor yang ada di jalan raya maka semakin berkurang pula utilitas jalan raya untuk masyarakat.

Begitu banyak eksternalitas negatif yang bisa memperburuk kondisi bumi. Gerakan-gerakan menyelamatkan bumi dan gaya hidup ramah lingkungan sangat diperlukan saat ini mengengat kadar karbon dioksida, metana, dan dinitrogen monoksida (yang juga dikenal sebagai gas teertawa) di atmosfer sudah sangat parah. 

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang  merupakan  lembaga yang berada naungan PBB menyebutkan bahwa gas rumah kaca terus meningkat dan tidak ada tanda-tanda akan mengalami penurunan. 

Efeknya pun tidak bisa dianggap remeh, terakhir kali bumi mengalami konsentrasi karbon dioksida di atmosfer seperti ini adalah pada 3 sampai 5 juta tahun yang lalu, saat duhu 2 sampai 3 derajat lebih panas dan permukaan air laut naik hingga 10 sampai 20 lebih tinggi dari kondisi sekarang.

Tidak hanya itu, sampah plastik limbah dari kegiatan produksi juga suatu persoalan ang memerlukan perhatian khusus. Jumlah plastik yang masuk ke lautan sangatlah mengejutkan, World Economic Forum mencatat bahwa 9 juta ton plastik masuk setiap tahunny, yang berarti satu truk sampah dibuang ke laut setiap menit. 

Dampaknya pun sangat bahaya bagi kehidupan ekosistem laut. Plastik merupakan musuh terbesar satwa laut. Studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Plymouth, 700 spesies laut yang berbeda terancam oleh sampah plastik. Bahkan 693 spesies telah mengalami gangguan yang disebabkan oleh puing-puing plastik, 400 diantaranya melibatkan belitan dan konsumsi plastik.

            Tidak sedikit kasus satwa laut yang meninggal dikarenakan menelan sampah plastik, beberapa contohnya adalah sebagai berikut :

  • Paus makan plastik

Pada 18 November 2018 warga Pulau Kapota, Wakatobi menemukan bangkai Paus Sperma dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Worls Wide Fund for Nature (WWF) dan pengurus Taman Nasional Wakatobi menemukan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perut paus tersebut. Tidak hanya itu, pada tahun 2016 juga pernah ditemukan kasus serupa yaitu 13 ekor Paus Sperma ditemukan mati terdampar di beberapa pantai Jerman, Inggris, dan Belanda. Paus tersebut mati karena menelan sampah plastik. Bahkan ditemukan jaring ikan sepanjang 15 meter tersangkut di salah satu perut ikan paus.

  • Burung makan plastik

Fotografer Chris Jordan pernah mengambil foto bangkai burung Laysan Albatross dengan kondisi perut yang penuh dengan sampah plstik di pulau Midway. Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa 97,5% bayi Laysan Albatross telah memakan sampah plastik.

  • Penyu makan plastik

Pada tahun 2015, anggota tim penyelamat penyu meemukan seekor penyu betina mati. Saat dilakukan pembedahan, ditemukan banyak sampahh plastik di tenggorokannya, bahkan juga ditemukan kawat pancing di dalam perutnya.

            Tanpa di sadari begitu banyak dampak yang terjadi akibat dari eksternalitas, untuk itu diperlukan adanya gerakan untuk memperbaiki semua kekacauan yang disebabkan oleh ulah manusia ini. Peran pemerintah  juga diperlukan untuk mempertegas peraturan-peraturan yang menyangkut lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun