Mohon tunggu...
Ismi Faizah
Ismi Faizah Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis adalah proses menyembuhkan hati sedang membaca adalah proses membuka mata pikiran dan rasa

Read a lot write a lot

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rayuan Kembang Malam (Part 3)

31 Maret 2021   09:48 Diperbarui: 31 Maret 2021   10:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dengar ya! Gue tuh kenal deket ama Indra, ngerti!Indra tuh bukannya ga tahu diperhatiin ama elo! Orang dia sendiri yang nanyain tentang lo ke gue. Dia tahu lo sekelas ama gue!"

Indra tahu? Laki-laki keren itu tahu dia sering diam-diam mencuri pandang padanya? 'Ya ampun memalukan' batinnya mengejek diri sendiri.

"Tapi dia ilfil sih liat penampilan lo!"

Deg

Kedua kalinya jantungnya berdebar kencang. Tentu saja jika dia berdiri disamping Indra dengan penampilannya saat ini, bukankah tak sebanding dengan seorang cowok yang terlihat selalu keren dan dia cupu.

Hatinya sedikit ngilu. Apa penampilan memang perlu dan penting? Bukankah dengan ketulusan itu sudah lebih dari cukup?

Ia meremas bolpoin ditangan. Sedang tangan kirinya meremas ujung rok. Bodoh amat dia tidak akan peduli lagi tentang perasaan. Salah satu gadis dengan kepintaran terbaik di sekolah ini ingin memiliki seseorang yang sanggup menerima apa adanya dirinya. Bukan malah mengomentari penampilannya.

Sampai satu suara yang Lusi bisikkan mulai menggoda bagian relung hati yang masih sedikit mengharapkan sang pangeran hati.

Lusi merangkul bahunya, "Indra bakal mau jadi pacar elo kalo lo juga sanggup mengubah penampilan lo." Kalimat final yang kemudian membuai gadis tinggi semampai itu untuk tergoda sekaligus membuatnya selangkah lebih dekat menuju kehancuran masa depannya.

****

"Halo! Lo kapan pulang sih, Nda? Gue takut nih sendirian. Mana mati lampu lagi." Adera memakan mie instan sebagai camilan tengah malam. Menjepit benda pipih berbunyi itu diantara telinga dan bahunya. Satu tangan memilah dokumen yang akan ia bawa besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun