Mohon tunggu...
Ismi Faizah
Ismi Faizah Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis adalah proses menyembuhkan hati sedang membaca adalah proses membuka mata pikiran dan rasa

Read a lot write a lot

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rayuan Kembang Malam (Part 3)

31 Maret 2021   09:48 Diperbarui: 31 Maret 2021   10:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Flashback on

Air mata menganak siap tumpah membanjiri pipi tirusnya. Hati gadis bermata hitam kecoklatan itu remuk. Ini semua bukan keinginan dan impiannya.  

Rambut acak-acakan seperti surai singa yang tak pernah disisir. Kelopak mata seputih porselen itu membengkak. Hasil menguras seluruh air mata sejak semalam suntuk.

Tertidur karena kepayahan berharap fajar membuatnya lupa ingatan. Gadis rupawan itu salah. Pagi setelah ia bangun, justru kejadian beberapa hari yang lalu terus berputar seperti kaset. Seolah ingin agar ia terus mengingat kebejatan orang yang ia cintai.

"Berengsek!" Tangannya mengepal. Memukul boneka teddy bear hadiah ulang tahun yang ke tujuh belas dari seseorang yang dia sebut sebagai kekasih terbaik.

Baik? Ya, lelaki yang tak bisa dikatakan tampan tapi juga tak buruk rupa. Hanya pembawaannya selalu terlihat dingin. Sikap tak acuhnya terhadap wanita-wanita lain. Cara berjalannya dengan langkah tegap, teratur dan cool.

Teman-temannya sepakat lelaki itu tidak begitu tampan, namun cukup menyenangkan jika dipandang dan daya tariknya adalah satu kata, 'keren'. Titik. Beberapa gadis menjadikan lelaki berkulit kuning langsat itu sebagai incaran teman kencan. Namun, sikap cuek itulah yang tak pernah berhasil mereka tundukkan.

Dia gadis lugu dan polos. Dia tak suka memakai make up tipis apalagi tebal, juga sekedar mengoleskan lipbalm ataupun lipstik ke bibirnya ia tak pernah melakukannya. Garis bawahi dia tak pernah bersolek. Sekolah untuk belajar bukan bergaya.

Semua berubah ketika salah satu dari teman sekelas membisikkan kalimat yang mampu membuat jantungnya melompat dari tempat. Degupnya tak beraturan padahal ia tak sedang berlari jauh.

Gadis bersurai sebahu datang mendekat. Jemari lentiknya memainkan helaian rambut yang ia kuncir satu.

"Lo tu cantik tahu!" Bersamaan dengan tali rambutnya yang lepas. Siapa lagi pelaku utama jika bukan Lusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun