Mohon tunggu...
Muhammad FarizFirdaus
Muhammad FarizFirdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pembelajar

Hai saya adalah seorang mahasiswa ilmu komunikasi yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ada Pelakor, Kenapa Tidak Ada Pebinor? Bias Gender di Zosial Media dalam Kasus Perselingkuhan

11 April 2021   21:28 Diperbarui: 11 April 2021   21:39 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi informasi melahirkan sebuah perubahan dalam masyarakat. Dengan semakin banyak nya arus informasi yang tersedia, masyarakat dituntut untuk lebih cerdas dalam menentukan dan memilah sebuah informasi. Dalam sebuah teori jarum hidermik dinyatakan, media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksikan secara mendalam ide-ide ke dalam benak orang yang tidak berdaya.

Sosial media merupakan produk dari perkembangan teknologi informasi. Sosial media saat ini menjadi salah satu media untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi yang paling sering di gunakan masyarakat. Berdasarkan data yang dilansir oleh wearesocial.com (Kemp,2018) Indonesia menempati ranking ke -3 sebagai negara yang menghabiskan waktu paling banyak untuk bermedia sosial yaitu 3 jam 23 menit .

Tidak hanya sebagai sarana informasi, sosial media juga kini digunakan sebagai media untuk menjalin dan membentuk sebuah hubungan. 

Di sosial media komunikasi yang terjadi tidak memandang status sosial, semua orang dapat berkomunikasi dengan bebas tanpa memadang siapa lawan bicara dengan tanpa melanggar aturan dan norma. Oleh karena itu kasus perselingkuhan melalui sosial media marak terjadi. 

Dalam jurnal yang berjudul " STUDI FENOMENOLOGI PERIHAL PELAKOR DI KABUPATEN TANGERANG" oleh Giolia Arsy Robbiah, Naniek Afrilla Framanik,dan Nia Kania Kurniawati dilakukan sebuah penelitian untuk memahami fenomena yang dibentuk oleh satu hubungan dengan orang lain seperti pada kasus perselingkuhan. Dalam penelitian tersebut menurutnya sosial media menjadi salah satu yang berperan penting sebagai awal mula kasus perselingkuhan terjadi. 

Hal ini dikarenakan banyak pria yang sudah memiliki pasangan namun tidak bisa membatasi interaksi dan komunikasinya kepada lawan jenis seperti menggunakan aplikasi sosial berbasis pencarian jodoh, hingga menyebabkan komunikasi dan kedekatan yang intens, timbul kenyamanan dan akhirnya timbulan sebuah tindak perselingkuhan. Media sosial menambah modus gaya baru pada hadirnya pihak ketiga dalam rumah tangga. 

Semakin berkembangannya teknologi perselingkuhan tidak lagi terjadi hanya di tempat -- tempat kerja saja, tapi bisa dari interaksi bebas antara pria dan wanita di sosial media. Berawal dari saling memberikan like pada status saling meninggalkan komentar, lalu mulai saling memuji, berlanjut ke pesan pribadi, hingga berujung         pada perselingkuhan

Perselingkuhan biasa nya terjadi karena beberapa faktor seperti, kurang memiliki kualitas keagamaan yang mantap, lemahnya dasar cinta, komunikasi yang kurang lancar dan harmonis, sikap egois, mudah emosi dan berbagai faktor lainnya. Di sosial media istilah pelakor sebagai akronim dari " Perebut laki orang "  menjadi semakin akrab dikenal oleh warganet. Dengan hanya mengetik kata kunci " Pelakor " kita bisa menemukan berbagai macam informasi dan berita seputar perselingkuhan. 

Istilah pelakor kini semakin ramai digunakan setelah sebelumnya istilah WIL " Wanita idaman lain" lebih populer terlebih dahulu meskipun sama -- sama berkonotatif negatif. Istilah pelakor tentunya menyudutkan pihak perempuan saja dalam kasus perselingkuhan ini karena menempatkan perempuan sebagai pihak yang disalahkan tanpa melihat kesalahan yang diperbuat orang pria tentunya. Kasus ini mempresentasikan bahwa ketidak adilan gender masih melekat dalam kehidupan masyarakat.

Persoalan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, bagi kaum laki-laki, dan terutama terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. 

Dalam beberapa aspek kehidupan lebih tepatnya dalam kasus perselingkuhan, ketidakadilan gender dan budaya patriaki masih melekat dalam masyarakat, kebanyakan perempuan hanya dijadikan objek dan laki -- laki memegang kekuasaan penuh sehingga seolah -- olah semua kesalahan dititik beratkan hanya kepada pihak perempuan padahal perselingkuhan terjadi atas persetujuan dan keinginan dari kedua belah pihak laki -- laki maupun perempuan. Oleh sebab itu istilah " Pelakor " lebih familiar didengar dibandingkan istilah " Pebinor " yaitu akronim dari perebut bini orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun