Mohon tunggu...
Ismayani Lestari
Ismayani Lestari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ismayani Lestari

@ismaynilestari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengikat Makna dan Membaca Kritis

14 Desember 2019   19:17 Diperbarui: 14 Desember 2019   19:25 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut sosiologi kondang kita, Ignes Kleden, aktifitas membaca yang benar memerlukan pembangunan suasana yang terkesan egois dan mementingkan diri sendiri. Keadaan ini memang tidak dapat dihindari sebab mengunyah teks perlu konsentrasi, perlu ada privasi. Tanpa suasana nyaman, tenang, dan hening, agak sulit menemukan himpunan makna yang disebar oleh seorang penulis di sepanjang halaman bukunya. (Hernowo, 2001)

          Karena dalam membaca kita memang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan yang mana akan membuat kita bisa berkonsentrasi dalam kegiatan membaca tersebut dan bisa memahami atau mengambil makna yang tertulis dan terkandung dalam tulisan yang kita baca, untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam mengartikan tulisan-tulisan tersebut.

          Setelah dapat mengikat makna dalam membaca, kita dapat mengkritisi tulisan yang kita baca sebab membaca kritis sangat diperlukan terutama untuk kalangan mahasiswa. Seorang mahasiswa selalu dituntut untuk dapat membaca kritis karena dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga kita dapat memanfaatkan hasil dari bacaan kita yang cermat dan matang.

          Setelah pembangunan suasana dalam membaca terbentuk, kita harus menumbuhkan sikap dalam membaca, yaitu sabar, telaten, tekun, gigih, dan sungguh-sungguh. Pertama sabar, kesabaran diperlukan saat membaca karena bila tergesa-gesa dalam memaknai suatu gagasan, bisa jadi kesimpulannya salah. Kedua telaten, ke-telaten-an dalam mengambil makna-makna yang tersebar di sepanjang halaman buku kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya amat diperlukan karena kalau tidak telaten akan banyak gagasan yang menguap dan bersembunyi kembali. Ketiga tekun, ketekunan diperlukan untuk membantu kita menyisir himpunan kata, kalimat, alinea, bab, dan bagian demi bagian yang menyimpan gagasan pokok dan penting untuk diperhatikan. Keempat gigih, kegigihan akan mendorong anda agar sekali baca sudah itu mati, artinya anda bisa jadi perlu mengulang pembacaan hingga lebih dari sekali. Dan kelima sungguh-sungguh, kesungguhan dalam menemukan makna, memahami maksud penulis, dan mengajak pikiran anda memelototi hal-hal menarik dan penting yang disampaikan seorang penulis akan menghadirkan manfaat yang tak terduga (pikiran anda akan menemukan sesuatu yang baru dan segar). (Hernowo, 2001)

          Ada beberapa sebab mengapa kita perlu menghilangkan paradigma lama sewaktu membaca buku hanya dengan konteks membaca saja. Pertama, teks atau kata-kata tidak dapat menampung seluruh maksud atau gagasan seorang penulis. Dibalik teks yang kita baca, ada pengalaman amat kaya seorang penulis yang tak dapat ditampilkan oleh teks. Kedua, menuliskan gagasan perlu kaidah ketat dan tidak asal mengeluarkan begitu saja sebagaimana kita berbicara. Penulis harus mematuhi hukum logika. Gagasan perlu ditampilkan secara bernalar (memenuhi kaidah reasoning atau penalaran) agar dapat dipahami seorang pembaca. Juga teks-teks yang dipilih untuk menyampaikan secara akurat berbagai makna yang akan dikeluarkan penulis harus tidak ambigu (bermakna ganda) agar sebuah gagasan tidak disalahpahami seorang pembaca (memenuhi kaidah atau pen-"diksi"-an yang baik). (Hernowo, 2001)

          Setelah kegiatan mengikat makna dalam membaca terpenuhi kita berlanjut kepada membaca kritis (critical reading). Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis dan bukan hanya mencari kesalahan. (Tarigan, 2015) 

Apa saja manfaat yang diperoleh dari membaca kritis?

1. Memahami maksud penulis

    Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membaca kritis adalah menentukan serta memahami maksud dan tujuan penulis. (Tarigan, 2015)

2. Memahami organisasi dasar tulisan

    Maksud penulis dalam menulis suatu artikel sebagian besar menentukan sifat dan lingkup pembicaraannya, rangka dasarnya, dan sikap umum serta pendekatannya. Para pembaca yang teliti mengamati indikasi atau petunjuk mengenai pilihan itu dan bagaimana caranya disajikan. Biasanya, penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan. (Tarigan, 2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun