Mohon tunggu...
Ismawati Retno
Ismawati Retno Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencintai JOGJA bersama dinamika kehidupannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Purna Tugas Khusnul Khotimah Kepala Pelayan Kota Jogja

20 Desember 2011   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_150705" align="alignnone" width="500" caption="Pak HZ ketika sedang serius berpikir di ruang kerjanya pada 12 Maret 2010. foto isma"][/caption]

Beberapa minggu menjelang Walikota Herry Zudianto purna tugas pada 20 Desember ini, saya ‘terpaksa’ menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang harus berhubungan langsung dengan beliau. Beberapa pekerjaan yang harus mendapat persetujuan secara langsung sebelum diluncurkan keluar. Hal itu juga ‘memaksa’ saya untuk bolak-balik dipanggil dan menghadap beliau disela waktunya yang sangat padat, sembari dikejar deadline pekerjaan yang harus selesai pada waktunya.

Dari situ saya menyaksikan sendiri bagaimana kinerja HZ yang hingga menjelang detik-detik akhir purna tugas yang masih saja memiliki energi penuh. Seolah berkejaran dengan waktu, HZ harus menyelesaikan semua target dan tanggungjawabnya. Amanah yang diemban dalam menjalankan tugas sebagai walikota menjadi tanggung jawab besar untuk diselesaikan sebaik-baiknya. Amanah yang harus dijunjung tinggi tidak sekedar digandeng dan digendong tapi disunggi ditempatkan di tempat tertinggi.

HZ seorang yang detail dalam pencermatan, ingatannya kuat, workaholic dan konsentrasi tinggi. Segala sesuatu yang menjadi outputnya harus selesai dengan sempurna. Bukan saja saya yang kepontal-pontal mengikuti langkahnya, orang-orang lingkaran dekat level jauh diatas saya pun ternyata merasakan hal yang sama.

Dalam pengamatan saya HZ selalu memberikan contoh dalam kebijakan dengan konsisten, bukan dengan cara langsung memobilisasi kepada para bawahannya. Ia tidak sekedar memberi perintah atau instruksi tapi mampu berdiri ditengah memberi keteladanan yang baik. Integritas dan kejujuran menjadi modal besarnya.

Prinsipnya jangan menjadi penakut setiap mengambil keputusan karena tidak ada keputusan yang sempurna. Setiap keputusan yang diambil pasti ada pro dan kontra. Keberaniannya mengambil keputusan selalu terukur sekaligus berani mengambil resiko. lalu dilanjut dengan membangun pikir out of the box. Beliaupun selalu berusaha mengambil keputusan setelah sebelumnya banyak mendengar.

HZ patut juga disebut sebagai sosok walikota yang “besar kepala”. HZ yang cerdas, pintar dan lihai dalam menerapkan kebijakan-kebijakan sebagai kepala pelayan masyarakat. Inovasi-inovasi dan gebrakan yang ditelurkan pada akhirnya selalu dapat diterima masyarakat, meski tidak semua kebijakan yang diambil tersebut berlangsung mulus pada awalnya.

Bagi HZ membangun sebuah kota ternyata tidak sekedar membangun secara fisik saja. Seberapa banyak bangunan fisik dan seberapa mahal biaya yang dikeluarkan tak akan ada artinya tanpa dilandasi dengan menumbuhkan nilai-nilai kehidupan di dalamnya. Penyebaran virus-virus nilai selalu disisipkan dalam berbagai program pembangunannya. Keberhasilan program pembangunan lebih ditentukan oleh seberapa besar partisipasi masyarakat, sehingga perlu ada ikatan hati yang kuat antara pelayan masyarakat dengan masyarakat yang dilayani.

Meski begitu HZ juga merasakan bagaimana saat paling sedih menjadi walikota. Ketika beliau tak mampu menyelesaikan berbagai persoalan dalam masyarakat yang dikeluhkan kepadanya. Persoalan yang memang takkan mampu terselesaikan karena sudah diluar kewenangannya sebagai kepala pelayan Kota Yogyakarta. Seperti keluhan dari masyarakat di luar wilayah administratif Kota Yogyakarta. Kemudian juga persoalan-persoalan yang di luar wewenang Pemkot Yogyakarta.

Konsepsi pemimpin yang benar bagi dia yaitu ‘Pemimpin adalah pelayan’ yang harus ’melayani, mengayomi dan mengayemi’semua yang mengakui kepemimpinannya. Untuk itu dia membuka saluran komunikasi dan transparansi seluas-luasnya.

HZ juga selalu mengingatkan jajarannya untuk memahami filosofi bekerja dengan hati. Menjadikan Balaikota sebagai bagian dari sajadah panjang, bukan sekedar tempat mencari nafkah tetapi juga tempat untuk menyempurnakan ibadah hingga pensiun dengan khusnul khotimah.

Ismawati Retno

Penulis Buku : Herry Zudianto : Pak Walikota Yang Besar Kepala

Staf humas pada Pemkot Yogyakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun