Mohon tunggu...
Risma Fajar Rahayu
Risma Fajar Rahayu Mohon Tunggu... Insinyur - do what u can do, write what u can write, imagine what u can imagine

Seseorang yang senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Satu Senyuman

15 Februari 2015   03:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat kembali sebuah cerita usang yang dulu sudah ku buang jauh dari memori ini. Namun, ternyata tanpa disengaja dalam hening nya sebuah lamunan mengingatkan kembali akan memori yang telah coba ku lupakan itu, yaitu sebuah cerita dimana serpihan-serpihan luka dibalas dengan satu senyuman yang indah. Luka itu memang sulit ku ungkapkan, memang tak ada kata yang indah dan perbuatan yang indah selain meminta maaf dan memaafkan. Terkadang memaafkan sungguh sulit dilakukan, entah karena faktor apa itu. Tapi, terjalnya batu-batu kehidupan yang menghasilkan serpihan luka, ternyata bisa ku balas dengan senyuman yang terpancar dari bibir ini.

Disaat orang harus memilih dan berpihak pada siapa, hal itu sungguh sangat sulit dilakukan. Semua orang pasti mengalaminya entah di bidang apapun itu. Sama seperti cerita usang ku yang ingin ku coba melupakan itu. Ya, cerita disaat ku terhimpit dalam dua pilihan yang sangat sulit ku lakukan. Ku harus memilih dan mempertahankan ego ku atau ku harus memilih keinginan orang tua yang sungguh begitu jauh tak sejalan dengan ku. Ku memilih ego orangtuaku saat itu, ku mengikuti aturan mereka walau ku tau akhirnya akan seperti apa. Singkat cerita, kemampuan ku Nol besar dengan apa yang diarahkan orangtua ku. Dan akhirnya mendatangkan suatu penyesalan besar.

Orangtua ku yang memiliki sifat keras, tak bisa dengan mudahnya melunakkan hati mereka, disaat ada satu permintaan pada ku, tentunya permintaan itu selalu berbeda jauh dengan apa yang aku harapkan.
Tapi, satu pelajaran ku petik dari dua himpitan yang salah satunya harus menghasilkan satu keputusan. Ya, tekad yang kuat lah yang akhirnya bisa membuatku tetap berdiri kokoh melanjutkan kehendak orangtua ku. Do'a mereka takkan pernah lepas di setiap sujud nya. Rasa penyesalan itu ku balas dengan satu senyuman, satu senyuman yang telah mengubah ku menjadi seorang yang bertekad kuat. Karena pilihan orang tua tak pernah salah dalam hidupku.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun