Mohon tunggu...
ISMANITA
ISMANITA Mohon Tunggu... Guru - Guru

Rajin pangkal pandai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Dear Children

27 Februari 2021   18:09 Diperbarui: 27 Februari 2021   18:13 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah seorang ibu yang memiliki 3 orang anak. Anak sulung ku bernama Raysha sekarang ia sudah berumur 14 tahun sekarang ia duduk di kelas III tingkat SMP. Anak kedua ku seorang laki-laki ia bernama Fathur umurnya sekarang 9 tahun ia masih duduk di kelas 5 SD, dan Anak ketiga ku bernama Afifah ia sekarang berumur 6 tahun dan sekarang ia sekolah di taman kanak-kanak. Selain menjadi ibu rumah tangga aku juga berprofesi sebagai seorang guru di sekolah negeri di kota Solok Sumatera Barat. Sebuah kota kecil yang terletak di perlintasan wilayah Sumatra barat dengan propinsi Jambi. Senang rasanya melihat ketiga anak anak ku ketika kami ngumpul di rumah. Aku berharap disiplin yang di tanam kan dari kecil menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam kehidupan nya kelak.

Umi, besok pagi bangun kan adek ya, adek ikut umi pergi sholat subuh". Pesan anak bungsu ku ketika menjelang tidur. Ia selalu ikut kalau kami pergi sholat ke mesjid. Tersentak dari tidur ku lihat ke sudut kamar ternyata jarum jam telah menunjukkan pukul 05.30, Aduh.... Kesiangan,sudah azan rupanya. Bangun.. bang kita kesiangan, melompat dari ranjang suamiku bergegas pergi wudhu. Aku pun bergegas bangun dan langsung ke kamar mandi, wudhu dan kami pun berjamaah di rumah saja. Umi....umi..... teriakan itu mengingat kan ku pesan adek yang ingin di bangun kan pergi sholat subuh ke mesjid. "

" Astagfirullah..... Maafkan umi sayang, umi kesiangan umi lupa pula bangun kan adek".

"Adek marah sama umi?.... adek tidak mau sholat". Dosa lah kalau adek tidak sholat balas ku menjawab, dengan bujukan akhirnya adek selesai juga sholat Subuh nya.
Begini lah kelakuan gadis kecilku ini, kalau keinginan nya tidak terpenuhi. Tapi aku bersyukur dari kecil sudah ada rasa bersalah kalau tidak sholat.

" Raysha, Fathur ayo bangun nak sholat Subuh. ' iya mi ' semuanya pagi pagi sudah bangun ayo kita siapkan diri . " Kemana mi? Lupa ya? Oh iyaa bang kita kan hari ini pergi ke Bukit Tinggi, 'liburan.... liburan'.
Adek ingat kan!. Kalau jadi ayo siap siap biar kita tidak kelamaan nanti di sana, biar cepat pulang, sapa Abi.

" Umi boleh nanti kita berenang, lho adek nanti mau berenang, iya kak. Boleh kan umi?. Kita kan pergi nya ke jam gadang dek, apa sempat nanti kata kakak

Semua keperluan sudah di persiapkan, mobil kami pun melaju, dalam perjalanan mata di manjakan oleh pemandangan yang indah deretan bukit Jinangkiak dan hamparan sawah yang luas menghijau. Danau yang terbentang luas seakan membawa suasana hati yang damai. " Abi kenapa berhenti, ayo kita Singgah dulu di tepian danau ini. Semuanya senang dan bersemangat untuk turun dari mobil. Kami pun duduk di pelanta serta batuan di tepi danau Singkarak, anak-anak sibuk mencari ikan dan pensi, yang biasa di cari oleh pengunjung di pinggir danau Singkarak.

Terlihat para nelayan sedang menangkap ikan dan membawa jala dan jaringan dengan biduk. Adek si gadis kecilku sibuk memperhatikan nelayan itu. Pandangan nya terhenti ketika abang Fathur mengajak untuk mencari kerang. " Tunggu sebentar bange, adek mau tanya sama umi."
" Umi kalau ikan di ambil terus apa tidak habis? Nah kalau habis di mana lagi bapak bapak itu cari ikan lagi. Pintar adek cetus kakak Raysha.
Ayo siapa yang bisa jawab pertanyaan adek!. Kak Raysha seperti nya ada jawaban nih untuk adek. Kata Abi.
Setelah sekitar 2 jam berada di pinggir danau Singkarak kami pun melanjutkan perjalanan ke bukit tinggi.
"Umi sekarang kan Corona, kita tidak boleh pergi pergi, nanti ditangkap satpol PP". ' Nanti kalau kita ditangkap satpol PP, kita kasih aja adek" cetus kak Raysha yang membuat adek marah.
'Udiih... adek...marah..'!.
"Sudah bang jangan boncengin adek nanti tambah merajuk".
Adek dak marah kok mi, adek hanya keseelll. Nah apa bedanya marah dengan kesel dek,

Eh.. lihat itu, 'apa emang nya mi'!. Itu pondok pesantren mi jawab Fathur. Fathur mau tamatan SD masuk pesantren?. Tanya Abi.
" Mau mi". Lho kok adek yang jawab. Nanti kan kalau abang masuk pesantren , Abang bisa hafal Al-Qur'an. Nah Abang bisa jadi Hafiz mi, abang bisa beri mahkota untuk umi dan abi di surga.

" Hebat adek, adek tahu dari mana?. Tanya Abi." Adek kan hafal nyanyi nya bi, adek juga cita cita nya jadi Hafizah, serentak semuanya menjawab" Aamiin".

Dalam perjalanan kami selalu berkelakar, semuanya nampak gembira, adek ada saja yang di bicarakan, adek anak yang paling kecil, tapi ia lah yang paling sering berkata kata mendidik dan setiap omongan nya sangat mendukung dan memberikan empati abang dan kakak nya. Umi dan Abi bangga memiliki kalian sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun