Mohon tunggu...
Isma Nita
Isma Nita Mohon Tunggu... -

pemburu ilmu,....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati yang Senantiasa Bercahaya

20 November 2011   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahan Renungan untuk kita semua

Kawan,

Dalam rentang usia yang sekarang mungkin banyak kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita buat.  Ditengan gempuran media yang selalu menjajakan kehidupan yang hedonis membuat hati kita merasa gelisah dan kurang bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.  Kehidupan dizaman sekarang menjadikan kemaksiatan nyata-nyata dijual.  Bahkan pelaku kemaksiatan dibela. Aurat diumbar kepublik. Sehingga menjadi makanan sehari-hari masyarakat kita. Media menjadikan hal yang dulu tabu bagi kehidupan menjadi hal sepele dijaman sekarang. Dengan kemudahan akses mungkin diantara kita ada yang sengaja maupun tidak melihat sesuatu yang tidak sepantasnya. Tergelincir dalam kemaksiatan.  Sehingga membuat hati kita tidak tenang karenanya.  Membuat hati kita merasa resah dan gelisah.

Kawan ku,.

Bersyukurlah pada Allah bila hati kita masih kerap mencela diri atas kemaksiatan yang dilakukan.  Sebab itu adalah tanda bahwa kita masih memiliki hati seorang mukmin yang memang harus merasa sakit oleh kemaksiatan.  Itu merupakan sinyal, bahwa hati ini masih cenderung pada fitrahnya yang bersih dan menolak kekotoran, lalu menyeru agar segera kembali kepada Rabbnya.

Kawanku..

Ada banyak cara Allah menegur dan mengingatkan hamba-Nya yang melakukan kesalahan.  Karena, banyak terjadi, sekedar kegelisahan atas dosa dan sekedar rasa sakit dalam jiwa terhadap kemaksiatan, tidak cukup membuat seorang hamba meninggalkan dosa dan kemaksiatan itu. Itulah sebabnya, Al-Qur’an menyebut ada noda-noda hitam yang terus menerus menyelubungi hati dengan istilah Ar Raan.  Noda-noda hitam itu adalag dosa dan kemaksiatan yang terus menerus dilakukan seseorang hingga akhirnya menggelapkan hatinya.

Maka, bersyukurlah bila Allah swt memberikan teguran dengan sesuatu yang menyakitkan, tapi lalu membuat kita terhenyak sadar.  Bersyukur kepada Allah swt, bila kita masih merasakan peringatan dari Allah swt, dengan suatu keadaan yang memukul hati.  Tapi hal itu kemudian melahirkan ketundukan kepada keagungan Allah swt, menyadarkan perasaan faqir terhadap kuasa Allah swt, membuat kita mengerti tentang ketidak berdayaan dihadapan kebesaran Alah swt yang selama ini sering tertutup dengan kesombongan, perasaan yang aman atau keadaan yang stabil.  Artinya kita menjadi tidak kenal dengan diri sendiri seperti perkataan Ahli hikmah Qiss bin Saadah, sebaik-baiknya penegnalan seseorang adalah pengenalannya terhadap diri sendiri.  Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang mengajarkan seseorang mengerti tentang kadar ilmunya.

Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “sungguh hati itu mempunyai kekasatan yang tidak bisa dihaluskan kecuali dengan kembali menghadap kepada Allah.   Hati juga mempunyai rasa terancam yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan suasana intim dan dekat dalam kesendirian bersama Allah.  Hati juga mempunyai kesedihan, yang tidak mungkin diusir kecuali dengan rasa bahagia yang muncul dari ma’rifah kepada Allah dan hubungan yang baik dengan-Nya.  Hati juga mempunyai kegelisahan yang tidak bisa ditenangkan kecuali dengan berhimpun kepada Allah dan lari mendekat kepada Allah.  Hati juga mempunyai api yang membakar, yang tidak bisa dipadamkan kecuali dengan Ridha terhadap perintah, larangan, larangan dan ketetapan-Nya.  Hati juga mempunyai keinginan yang besar yang tidak bisa dihentikan kecuali bila hnya Allah swt sajalag yang diinginkan.  Hati juga memiliki kepapaan yang tidak mungkin dicukupi kecuali dengan cinta kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan ikhlas kepada-Nya.  Andai seluruh dunia ini diberikan untuk mencukupi kepapaan ini, niscaya kepapaan ini tak kan pernah tercukupi juga.

Kawanku

Jangan hanyut pada kegelisahan karena ketenangan itu sudah kita ketahui sumbernya.  Jangan tenggelam  dalam kekecewaan, karena kepuasan itu tidak pernah berujung.  Jika kita mengenal Allah swt, maka kegelisahan dan kekecewaab bisa diredam dan bahkan dihilangkan.  Karena, hamba yang makin mengenal Allah, akan semakin mengerti diri dihadapan Allah swt.  Permasalahan hidup, seberat apapun dia. Jika dikembalikan kepada Allah maka akan semakin ringan terasa. Dada akan terasa lapang.  Sangat salah bila, melarikan permasalahn yang menimpa dengan sesuatu yang tidak berguna.  Tawuran, mabuk-mabukan, judi, mencuri,.. itu sama sekali bukan solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun