Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budidaya Padi Ladang Masyarakat Lokal dan Tradisinya

16 Juli 2022   22:00 Diperbarui: 16 Juli 2022   22:10 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padi Gogo merupakan padi darat atau padi huma yang dibudidayakan di lahan kering. Dalam bahasa lokal disebut rom tajuk atau rom deret. 

Tanaman padi ini banyak di budidayakan oleh masyarakat  pedalaman Aceh, tepatnya AcehTimur, diantaranya Kecamatan Lukup serbejadi, Simpang Jernih, Peunaron dan sebagian Desa Kecamatan Biren bayen.

Petani padi ladang di sana tergolong unik, sebab mereka menanam padi ini berdasarkan perkiraan alam, mereka hanya menam setahun sekali tepatnya di bulan Mei setiap tahunnya. dan memperkirakan panen di bulan Oktober. 

Alasan mereka menyakini dengan menanam dibulan Mei tersebut, ketika musim panen tiba dapat mengurungi hama terutama hama burung pipit. Sebab di bulan Oktober biasanya burung lagi bertelor dan menetas.

Terlihat bocah juga ikut mengumpulkan padi. Dokpri
Terlihat bocah juga ikut mengumpulkan padi. Dokpri


Masyarakat menanam padi ini masih mempertahankan tradisi dari lehuhur, dimana masih terlihat sangat kompak, mulai dari membersihkan lahan  atau menggarap lahan dan bercocok tanam (nukel), dengan cara bergotong royong (bejamu) secara bergantian yang melibatkan seluruh petani yang menanam padi tersebut dan bergantian hingga proses menanam tuntas.

Hamparan padi ladang masyarakat Aceh Timur. Dokpri
Hamparan padi ladang masyarakat Aceh Timur. Dokpri


Pun demikian dalam proses panenya, masyarakat kembali bergotong royong. Tuan rumah hanya menyediakan konsumsi untuk yang terlibat dalam proses bejamu tersebut.

 Dan proses pemotongan padi ladang hampir sama dengan padi sawah. Memotong dengan sabit kemudian di kumpulkan dari arel sawah atau kebun (meminuh) di tarok dalam satu wadah (sasalan) baru dilakukan perontokan menggunakan mesin.

Biasa para petani selain mengosumsi hasil panen sendiri. Sebagian mereka menjual hasil panennya dengan harganya gabah kering 5000 Perkilo gramnya.

Soal cita rasanya memiliki ciri khas yakni wangi meskipun sedikit keras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun