Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Petani Sawah Ketika Dihadapkan dengan Rentenir

27 Juni 2022   01:03 Diperbarui: 17 Juli 2022   01:38 1867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat yang tinggal di desa moyoritas menggantungkan hidup dari sektor pertanian baik itu tanaman keras dan tanaman holtikultura. Sebagaimana kehidupan petani di desa pada umumnya hanya sebagian yang hidup sejahtera dan selebihnya bisa di katakan hidup di bawah garis kemiskinan.

Pun demikian, fenomena strata sosial selalu ada kesenjangan antara yang kaya dan si miskin. Terkadang si miskin yang hidup di desa ketika ada keperluan sifatnya mendesak baik itu tertimpa musibah, sakit keras untuk berobat dan belanja anak untuk kuliah. Memerlukan dana tak sedikit dan sifatnya mendesak. Tak ada yang bisa membantu meringankan bebannya tersebut.

Jalan alternatifnya dan kerap kali jadi pulihan para petani dengan menggadukan keluhanya kepada rentenir. Sebab meminjam dana segar ke bank melalui prosedur yang rumit nan panjang. Tidak dengan meminjakan uang ke tengkulak syaratnya cukup mudah, hanya sama sama kenal dan ada jaminan biasanya paling cepat itu jaminan sawah.

proses perontokan padi, dokpri
proses perontokan padi, dokpri
Sebagaimana biasanya, petani dan tengkulak terlebih dahulu menyepati MOU. Lazimnya isi kesepatan tersebut hasil sawah setiap panen di ambil oleh tengkulak tersebut.

Dengan bantuan tengkuk tersebut, masalah yang di hadapi petani bisa sedikit teratasi dan ada jalan keluar. Namun, masalah panjang yang terus di hadapi para petani, sebelum dia bisa mengembalikan uang pinjamannya ia terus berkutat membayar sewanya.

Waktu terus berjalan, para petani pun kembali melakukan aktivitas bercocok tanam. Dan setelah mengikuti proses panjang. Ketika padi mulai menguning antusias petani menyambut musim panen penuh dengan semangat. Bagaimana tidak, buah yang memenuhi tangkainya semakin merunduk seakan tak tahan menahan berat beban biji padi tersebut.

Setelah di potong kemudian di ambil dari petakan sawah dan di kumpulkan dalam satu wadah. Kemudian di rontok dan di bersihkan, setelah itu baru di hitung berapa  hasil produksi panen pada musim ini, naik atau turun dari musim sebelumnya.

Ketika hasil panennya meningkat petani merasa bahagia karna proses yang di lalui mulai dari menanam, membersihkan rumput, hingga panen menunggu waktu hampir 3 bulan lama. Di tambah dalam bekerja mereka menjemur kulitnya di terik panas mata hari.

Namun, hasil panen yang di kumpulkan tersebut, ternyata bukan semuanya jadi milik sang petani, tapi ada bagian Rentenir yang telah membantunya dalam menghadapi masalah keuangan yang berkedok membantu.

20220717-013734-62d305956e7f015b5a281853.jpg
20220717-013734-62d305956e7f015b5a281853.jpg
Sawah milik masyarakat, Dok pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun