Mohon tunggu...
ismail Aji
ismail Aji Mohon Tunggu... Mahasiswa - hope you're enjoy

for everyone

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ilmu Logika dan Manfaatnya Bagi Manusia

18 April 2021   14:16 Diperbarui: 5 Juni 2021   14:27 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna. Demikianlah kalimat yang sering kita dengar. Namun bukan dongeng belaka, tubuh manusia memang memiliki keistimewaan, daya fisik jasmani, seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium dan daya gerak, baik di tempat seperti menggerakkan tangan, kepala, kaki, mata dan sebagainya, maupun pindah tempat seperti pindah tempat duduk, ke luar rumah dan sebagainya.

Selain itu, gift terbesar yang ada pada diri manusia  adalah akal. Seandainya manusia tidak diberi akal, niscaya keadaan dan perbuatannya akan sama saja dengan hewan. Dengan akal, semua bagian di tubuh manusia, sangat berarti dan berharga. Juga akal itu dapat digunakan untuk berpikir dan memperhatikan segala benda dan barang yang ada di alam ini, sehingga benda-benda dan barang-barang yang halus serta tersembunyi, dapat dipikirkan guna dan manfaatnya. Al hasil bila akal digunakan dengan semestinya, niscaya tidak ada sesuatu di dunia ini yang sia-sia bagi manusia.

Akal menjadi "senjata" bagi manusia untuk belajar, baik dalam pembelajaran formal maupun informal. Salah satu ilmu yang bisa dipelajari dan erat kaitannya dengan kemampuan otak manusia dalam membedah dan menganalisis, adalah ilmu tentang logika. Dalam pengertiannya secara bahasa, logika adalah studi tentang alasan yang mencakup dialektikal, argumentatif dan intelektual. Karena dasar dari logika adalah perkataan, pemikiran, idea, argumentasi, alasan, atau prinsip. Manusia sebagai entitas terbanyak dengan klaim makluk paling sempurna seyogyanya memiliki kemampuan logika yang baik sebagai representasi kenapa manusia pantas disebut makhluk paling sempurna. Bagi kalangan mahasiswa atau akademisi lainnya, ilmu logika dapat membantu untuk menghindari fenomena sesat pikir. 

Dunia akademisi dipenuhi dengan kegiatan forum diskusi, presenasi, tanya jawab dan lain-lain yang tidak hanya membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, namun juga perlu motivasi dalam menyusun sebuah argumen untuk membuktikan kesimpulan yang diperoleh dalam menalar adalah benar. Bagi mahasiswa, fenomena sesat pikir ini bisa "menghantui" mereka kapan saja. Sebab dalam ilmu logika, ada yang disebut dengan kekeliruan relevansi. Yakni argumen yang sebenarnya keliru, namun tetap diterima oleh kalangan umum karena banyak orang yang menerima argumen tersebut dan tidak sadar jika mereka sebenarnya telah tertipu. Argumen semacam ini bersifat persuasive, dan bertujuan mempengaruhi aspek kejiwaan orang lain. Pengalaman pribadi saya, kekeliruan relevansi ini dilakukan oleh seorang dosen untuk menguji seberapa kritis mahasiswanya.  Hasilnya? Yap, satu kelas mengiyakan argumen dosen, alias tertipu satu kelas. Karena pikir saya, semua yang keluar dari mulut seorang akademisi itu pasti benar. Oleh karena itu, kehati-hatian dalam belajar sangat diperlukan.

Selain kekeliruan relevansi, sesat pikir berupa argumen atau bernalar yang keliru, ada juga yang disebut dengan ambiguitas penalaran. Yaitu argumen yang keliru karena kesalahan dalam penalaran yang disebabkan oeh kecerobohan dan kurang perhatian terhadap pokok persoalan terkait, atau keliru karena menggunakan term dan proposisi yang memiliki makna ambigu dari bahasa yang dipergunakan dalam berargumen. Sesat pikir ini sering digunakan oleh pejabat, misalnya term salah prosedur yang sering diucapkan untuk berdalih ketika dikritik masyarakat.

Dengan berkembangnya ilmu pengatahuan, maka diperlukan untuk mencermati kembali bagaimana sebenarnya kita berpikir, bagaimana kita belajar dan mengerti atas apa yang kita pelajari, bagaimana kita mencari dan menemukan informasi baru. Itu semua perlu diteliti lagi karena semua upaya kita dalam belajar selalu berakhir pada upaya menemukan informasi baru tersebut.

Ilmu logika sebagai gambaran bahwa memang manusia adalah makhluk paling sempurna. Banyak sekali keuntungan yang didapat ketika kita mempelajari logika. Seperti mempertinggi kemampuan untuk menyatakan gagasan-gagasan secara jelas dan berbobot, meningkatkan keterampilan menyusun definisi atas term dan kata-kata, serta memperluas kemampuan untuk merumuskan argumentasi dan memberikan analisa secara kritis. Dari sekian keuntungan yang bisa didapat dari ilmu logika, keuntungan yang paling berharga adalah pengetahuan dan pengakuan bahwa akal atau nalar manusia dapat diterapkan di setiap aspek kehidupan.

Referensi : E. Sumaryono, Dasar-Dasar Logika, 1999

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun