Mohon tunggu...
Fahmi
Fahmi Mohon Tunggu... Kuli -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bulan Agustus, Penaklukan Benteng Tabanio oleh Haji Bujasin

6 Agustus 2018   08:56 Diperbarui: 6 Agustus 2018   09:39 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
patembayancitraleka.wordpress.com

Haji Muhammad Jasin. lahir di Sebuhur (Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan) pada tahun 1837. Nama aslinya Muhammad Yasin. Masa kecil dan remaja dilalui dengan belajar agama dan taat beribadah. 

Muhammad Yasin berangkat haji dalam usia muda, dan karena itulah, pada waktu berjuang namanya disebut Haji Buyasin. Sementara orang mengatakan bahwa dia juga penghulu, ahli agama, jadi untuk sezamannya prestasinya cukup menonjol. 

Karena masih muda, sudah naik haji, tahu ilmu agama, dan berasal dari keluarga kaya. Ketika terlibat dalam barisan perjuangan Pangeran Antasari, ia baru berusia kira-kira 20 tahun.

Haji Boejasin Mempunyai benteng yang cukup ampuh di suatu tempat yang bernama Telaga, letaknya antara Sabuhur dan Batu Tungku. Pada tanggal 27 Juli1859, benteng Telaga ini pernah dikepung oleh Belanda dengan kekuatan yang besar. Tetapi disekitar benteng itu telah dipasang jebakan oleh pasukan Haji Boejasin, sehingga pasukan Belanda banyak yang tewas karena terkena jebakan-jebakan yang mematikan tadi.

Salah satu hasil perjuangan yang gemilang adalah jatuhnya benteng Tabanio oleh pasukan Haji bujasin yang dibantu panglima Pangeran Antasari yaitu Demang Lehman. Peristiwa "Benteng Tabanio" (Baca juga Benteng Tabanio) dalam bulan Agustus 1859 membuktikan keberaniannya.

Benteng Tabanio ini didirikan dampak dari perjanjiana antara VOC dengan Sultan Banjar pada tanggal 6 Juli 1779, pasal 7 dalam perjanjian tersebut  tercantum pengaturan mengenai pembangunan benteng di Tabanio. 

Pada saat itu Tabanio merupakan sebuah kampung yang dianggap sebuah kawasan strategis dengan potensi ekonomi yang tinggi karena hasil lada, perikanan, dan tambang emas di daerah Pelaihari Kab. Tanah Laut sekarang. 

Benteng ini dibangun dengan berbentuk segi empat tidak beraturan di sekitar muara Sungai Tabanio. Masing-masing sudut benteng diperlengkapi dengan bastion yang berbangun bundar. Pintu gerbang menghadap ke laut. Tembok benteng terbilang cukup tinggi, yakni setinggi tubuh gapura.

Keberhasilan Haji Bujasin bersama pasukannya merebut Benteng Tabanio ini membuat pihak Belanda sangat marah sehingga pasukan Belanda menyerang habis-habisan bersama pasukan bayaran bajak laut dari Bone untuk merebut kembali benteng tersebut. 

Selama hampir 5 (lima) bulan sejak jatuhnya Fort Tabanio ke tangan pasukan Haji Bujasin pasukan Belanda terus menerus menyerang pasukan Haji Bujasin, pada bulan Desember 1859 pasukan Belanda menyerang secara besar -- besaran pada pasukan Haji Buyasin di Tabanio, sehingga Fort Tabanio dapat direbut oleh Pasukan Belanda Kembali.

Walaupun benteng tersebut dapat direbut kembali oleh pasukan Belanda Haji Bujasin dapat lolos dari kepungan pasukan Belanda. Karena saking marahnya pihak Belanda akhirnya mengeluarkan sayembara dengan harga kepal Hadjie bujasin sebesar f. 1.000,- (Staat Der Opstandelingen Op Wien Premien Of Hoofdgelden Zijn Gesteld (Daftar Nama Pemberontak Yang Dikenai Premi atau Harga Kepala).

Perlawanannnya yang terakhir adalah ketika ia menjelajah ke Tanah Dusun sungai Lintuni di Kal-Teng, ia bertemu Pembakal Bonang yang telah lama mencarinya. 

Pelurupun menembus kulit tubuhnya, darahpun tumpah di Bumi Pertiwi dan saat itulah ia menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa ini terjadi pada 26 January 1866. Haji Buyasin gugur sebagai pahlawan dan sekaligus mujahid. meninggal dalam usia muda, 29 tahun. 

Jenazah Haji Buyasin yang pernah menguasai dan memimpin Benteng Tabanio di serahkan kepada Belanda di Banjarmasin oleh Pangeran Nata Bupati Martapura. Kemudian oleh masyarakat di makamkan di lokasi makam Mesjid Jami Lama di tepi Sungai Martapura, Pasar Lama.

Bidang PSK ( Bidang Permuseuman dan Kepurbakalaan : sekarang ) telah melakukan Survei di lokasi ini, tetapi tidak menemukan Makam Haji Buyasin di antara makam -- makam yang ada. Mungkin hal ini di sebabkan adanya kerusakan tanah akibat erosi Sungai Martapura. 

Lokasi makam -- makam di tempat ini mengalami perubahan yaitu menyempit banyak makam -- makam yang runtuh dan hilang yang semula berada di tanah sekarang lenyap ke tengah sungai martapura. 

Mesjid Jami sendiri telah lama di pindahkan lebih ke tengah yang sekarang ini berada di pinggir jalan Mesjid. Kelurahan Mesjid Jami / Surgi Mufti Kecamatan Banjar Utara Banjarmasin ( Dahulu lebih di kenal dengan Kampung Masigit ).

Sebagai penghormatan bagi beliau namanya sekarang diabadikan sebagai nama Rumah Sakit di kabupaten Tanah Laut yaitu Rumah Sakit Haji Bujasin. Walaupun Haji Bujasin bersama pasukannya hanya sempat menduduki Benteng Tabanio hampir (lima) bulan saja, tetapi semangat dan perjuangan tanpa kenal  lelah dan pamrih ini yang patut kita contoh dan kita tiru sebagai penerus bangsa, akhirnya dirgahayu Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun