Mohon tunggu...
Ismah Atikah
Ismah Atikah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hubungan "Global Cooling" dan "Global Warming" Terhadap Perubahan Iklim

8 Februari 2018   23:46 Diperbarui: 8 Februari 2018   23:48 4218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for perubahan iklim | pixabay.com

Akhir-akhir ini, isu tentang pemanasan global sedang marak diperbincangkan. Mengingat semakin banyaknya bencana-bencana alam yang muncul. Jadi, apa itu pemanasan global? Menurut NASA, pemanasan global adalah naiknya panas suhu rata - rata permukaan bumi akibat meningkatnya kadar gas rumah kaca. 

Sedangkan menurut Dictionary, pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi yang menyebabkan perubahan iklim dan yang mungkin timbul dari efek rumah kaca dan menurut The American Heritage Science Dictionary, pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi, terutama peningkatan terus menerus yang cukup besar dan menyebabkan perubahan iklim global. Dari ketiga definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanasan global adalah suatu kondisi atau keadaan dimana suhu rata-rata atmosfer bumi mengalami peningkatan drastis akibat efek rumah kaca sehingga menyebabkan perubahan iklim.

Aktivitas manusia yang selalu beriringan dengan penggunaan teknologi canggih menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Disini kita tidak bisa menyalahkan manusia sepenuhnya sebagai salah satu penyebab pemanasan global tersebut, karena sudah menjadi kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitasnya yang bergantung pada teknologi. Di Indonesia sendiri, penggunaan teknologi dalam setiap aktivitas manusia bukan satu-satunya penyebab terjadinya pemanasan global, ada hal lain yang menyebabkan Indonesia menyumbang keparahan pemanasan global, yakni kebakaran hutan. 

Indonesia masih memiliki hutan yang begitu banyak, hal ini masyarakat yang berpikiran pendek dengan alasan kebutuhan pembangunan yang menekan menyebabkan mereka melakukan perubahan tata guna lahan dengan seenaknya. Dalam kegiatan ini tentunya mengharuskan mereka untuk membakar lahan yang mana nantinya akan meningkatkan emisi gas rumah kaca Indonesia secara signifikan. Hal lainnya yang menyebabkan Indonesia menjadi penyumbang keparahan pemanasan global adalah besarnya kebutuhan energi di Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau yang besar maupun yang kecil tentunya membutuhkan pemasokan energi yang cukup besar, terutama energi listrik.

Beralih ke isu lainnya, ternayata ada fenomena lain yang sedang diperbincangkan oleh para ahli namun kurang populer di media massa, yakni pendinginan global (global cooling). Global (Global Cooling) adalah menurunnya tingkat suhu udara yang sangat drastis, secara alami suhu bumi lebih rendah dari rata-rata suhu biasanya. Berbeda dengan pemanasan global yang terjadi akibat ulah manusia, penyebab terjadinya pendinginan global lebih bersifat alamiah seperti terjadinya letusan gunung Krakatau atau Tambora yang mana ketika salah satu atau bahkan kedua gunung itu meletus maka abu vulkanik akan naik ke atmosfer dan membuat atmosfer menjadi tertutup debu sehingga menyebabkan sinar matahari tidak mampu menembus bumi, ketika bumi tidak menerima pancaran sinar matahari, otomatis bumi akan mengalami penurunan suhu sehingga menyebabkan bumi akan terasa dingin dan dapat dipastikan saat itu bumi memasuki zaman yang disebut-sebut sebagai zaman es. Adapun penyebab pendinginan global yang lain yakni ketika matahari tenang ( hampir tidak ada sunspot) dalam perioda yang cukup panjang seperti yang terjadi sekitar tahun 1600 - 1700 yang dikenal sebagai Maunder minimum, pada waktu seperti itu sinar kosmik yang menembus Bumi akan maksimum dan menimbilkan inti kondensasi untuk terbentuknya awan tinggi ( di atas 10 km) yang mengurangi sinar matahari yang menembus atmosfer Bumi, sehingga menimbulkan pendinginan global dan menyebabkan timbulnya jaman es kecil ( little ice age).

Dari kedua kondisi yang saling bertolak belakang tersebut ternyata keduanya sama-sama faktor penyebab terjadinya perubahan iklim. Mengapa? Karena salah satu parameter yang dapat mempengaruhi iklim adalah suhu dan kedua fenomena di atas mampu menyebabkan perubahan pada suhu rata-rata di atmosfer. Jadi, apa itu perubahan iklim? Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).

 Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan ratarata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi ratarata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan iklim merupakan suatu fenomena alam yang terjadi di bumi akibat perubahan kondisi fisik atmosfer dalam kurun waktu yang panjang.


Lalu, fenomena mana yang akan terjadi di dunia pada masa yang akan datang? Berdasarkan data yang ada, dalam 10 tahun terakhir tidak terjadi pemanasan global, namun justru tercatat terjadi pendinginan pada tahun 2007-2008, Forum Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dan pembuat model-komputer yang percaya bahwa CO2 adalah penyebab pemanasan global masih memprediksi bahwa Bumi akan mengalami bencana besar yang diakibatkan pemanasan. IPCC memperkirakan pemanasan global 1F per dekade dan 5-6C (10-11F) pada 2100, akan menyebabkan bencana global yang berdampak bagi kehidupan manusia, habitat alami, energi dan sumber daya air, dan produksi pangan. 

Semua ini didasarkan pada asumsi bahwa pemanasan global disebabkan oleh peningkatan atmosfer CO2 dan bahwa CO2akan terus meningkat dengan cepat. Namun, catatan perubahan iklim masa lalu menunjukkan skenario yang sama sekali berbeda. Bukannya pemanasan global drastis dengan laju 0,5C (1F) per dekade, catatan sejarah siklus alam terakhir justru menunjukkan pendinginan global untuk beberapa dekade pertama abad ini sampai sekitar tahun 2030, diikuti oleh pemanasan global sekitar tahun 2030-2060, dan diikuti pendinginan global 2060-2090. Fluktuasi iklim selama beberapa ratus tahun terakhir menunjukkan siklus iklim setiap 30 tahunan pemanasan dan pendinginan global, yang diyakini sejak Little Ice Age 500 tahun yang lalu. 

Pendinginan Global berkaitan dengan kondisi selama tahun 1970-an dimana terjadi pendinginan permukaan bumi dan bersama dengan dimulainya glaciation. Hipotesis ini mendapat dukungan dari komunitas ilmiah, tetapi tidak mendapat perhatian populer sementara karena berita-berita pers yang tidak akurat tentang pemahaman ilmiah siklus zaman es. Jadi, setelah kita merasakan lamanya pemanasan global menurut para ahli dalam waktu dekat ini dunia akan mengalami pendinginan global. Bahkan ada sebuah artikel yang menyebutkan bahwa global warming akan segera berakhir dan akan digantikan dengan pendinginan global. Tetapi kembali lagi kepada kenyataan, semua ini hanyalah prediksi yang mana belum dapat dipastikan kondisi mana yang akan terjadi pada bumi kita. Tetapi, walaupun kita tidak tahu kondisi mana yang akan terjadi, pemanasan atau pendinginan, tidak ada salahnya apabila kita mulai detik ini menjaga bumi kita sendiri. 

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga bumi kita tercinta yakni kita sebagai manusia yang tinggal di bumi harus berkontribusi nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.Selain itu, kita dapat membiasakan diri dengan green lifestyle seperti mengurangi penggunaan plastik, mengurangi penggunaan listrik dan memakai energi alternatif seperti energi solar, menggunakan transportasi umum dan mendaur ulang sampah. Indonesia merupakan negara dengan peringkat kedua penghasil sampah plastik terbesar di dunia. 

Enam puluh sampai delapan puluh pesen limbah yang mengambang di laut adalah plastik. Limbah plastik merupakan masalah global yang dapat membahayakan lingkungan karena sulit terurai sehingga semakin menumpuk setiap tahunnya. Sampah plastik juga membahayakan kelangsungan hidup mereka dan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian akibat tertelan oleh satwa laut. Hal-hal optimis yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik yaitu membawa tas atau kantong sendiri ketika belanja, menggunakan botol minum sendiri daripada membeli botol kemasan sekali pakai, tidak menggunakan sedotan plastik melainkan menggunakan sedotan bambu, serta menerapkan reuse, reduce, recycle sampah.

Mengapa kita perlu melakukan hal tersebut?Seperti yang kita ketahui bahwa baik pendinginan global ataupun pemanasan global akan menimbulkan perubahan iklim yang mana dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim ini tentu sangat dahsyat, terutama di Indonesia. Kenaikan air laut menjadi salah satu dampak yang harus diterima oleh negara Indonesia, kenaikan air laut ini menyebabkan terjadinya abrasi pantai dan mundurnya garis pantai beberapa kilometer sehingga masyarakat yang tinggal di pesisir pantai kehilangan tempat tinggal dan sumber daya. 

Selain itu, pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia akan tenggelam seiring naiknya permukaan air laut. Dampak yang sudah dirasakan oleh negara Indonesia selanjutnya adalah siklon trpois. Beberapa tahun ini siklon tropis melanda sejumlah daerah di Indonesia. Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sudah ada lima kali siklon tropis yang terjadi di Indonesia. Siklon tropis Durga melanda perairan barat daya Bengkulu tahun 2008 menimbulkan gelombang setinggi tiga meter. Tahun 2010 siklon tropis Anggrek menerjang perairan barat Sumatra. Empat tahun kemudian perairan barat daya Sumatra terkena siklon tropis Bakung. Bulan November lalu timbul siklon tropis Cempaka di perairan selatan Jawa Tengah yang membuat curah hujan yang tinggi di Yogyakarta dan banjir di Pacitan. 

Siklon tropis Dahlia meningkat di wilayah barat daya Bengkulu terjadi pada bulan November tahun ini. Curah hujan yang tinggi di Bengkulu merambat ke Lampung hingga Jawa Barat bagian selatan berpotensi banjir dan longsor. Dampak lainnya yakni banjir yang diakibatkan tingginya curah hujan, apabila banjir terus melanda di suatu daerah, maka akan menyebabkan air menjadi tercemar sehingga pasokan air bersih akan berkurang dan bebagai macam penyakit seperti malaria, diare, kolera, demam berdarah akan mewabah di Indonesia. Selain itu, sebagai negara agraris, Indonesia akan mendapatkan kerugian akibat gagal panen ketika fenomena El Nino melanda. Jadi, tidak ada salahnya jika kita mulai melakukan hal-hal kecil yang bisa menjaga bumi kita untuk menghindari dampak yang lebih parah lagi kedepannya.

Sumber :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58014/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8BA7DDBE5BC1459B5C71F552EE133DC1?sequence=3

https://www.kompasiana.com/dinipratiwi/5a2feefacaf7db2ec67ac402/dampak-perubahan-iklim-di-indonesia

http://www.dw.com/id/ancaman-serius-perubahan-iklim-di-indonesia/a-19196264

https://lingkunganhidup.co/penyebab-perubahan-iklim-pemanasan-global/

http://fatamorganakata.blogspot.co.id/2013/03/global-cooling_8603.html

http://www.forumsains.com/astronomi-dan-kosmologi/pemanasan-global-atau-pendinginan-global/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun