Mohon tunggu...
Ismah Rahayu
Ismah Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

—i love the same person, everyday.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi yang Belum Usai, "Air Mata adalah Larangan"

6 Desember 2020   06:34 Diperbarui: 8 Desember 2020   08:48 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi sekolah yang sepi akibat mewabahnya virus Covid-19 (Dokpri)

Pandemi Covid-19 semakin meluas, tidak ada yang dapat menolak kedatangan pandemi di Indonesia ini. Merusak banyak bidang yang tentunya sangat berharga bagi kalangan masyarakat. Dari segi ekonomi, pekerjaan, dan pendidikan sebagai pusat utama perbincangan banyak media. Semua ramai, semua berduka. Pasalnya, dari segi ekonomi banyak mengalami kemunduran. Dari pemecatan hingga gulung tikar. Padahal, semua butuh uang untuk bertahan hidup. Apalagi, kondisi masyarakat Indonesia yaitu menengah kebawah. Namun, dalam kondisi seperti ini, siapa yang bisa disalahkan?

Pandemi Covid-19 menyerang ekonomi Indonesia sehingga mengalami kemunduran, sehingga banyak pemecatab besar-besaran hingga mengalami kebangkrutan. Banyak orang yang kurang beruntung dalam hidupnya, ditambah kemunduran ekonomi. Mundr salah maju pun salah. Hal ini saya katakan bahwa sebagian  orang yang ingin membuka usaha di tengah pandemi ini untuk mendapat penghasilan tambahan, misalnya berjualan. Namun kondisi saat ini juga sepi oleh pembeli, sebagian besar menghemat pengeluarannya karena ekonomi Indonesia belum pulih. Dan apabila mundur atau tidak melakukan sesuatu yang menghasilkan uang, darimana akan memperoleh uang tersebut?

Bidang pendidikan pun merasakan hal yang sama. Baik SD, SMP, SMA, dan Universitas terpaksa diliburkan untuk memutus tali penyebaran Covid-19. Hal itu telah dinyatakan oleh Mendikbud Nadiem Makarim yang dilansir dari Liputan6.com, menyatakan mendukung kebijakan beberapa kepala daerah yang meliburkan sekolah sebagai cara menekan risiko terdampak wabah Covid-19. “Dampak penyebaran Covid-19 akan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kami siap mendukung kebijakan (liburkan sekolah) yang diambil pemda. Keamanan dan keselamatan peserta didik serta guru dan tenaga kependidikan itu yang utama,” ujar Nadiem dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (15/3).

Semua sistem pembelajaran dialihkan menjadi PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh. Hambatan-hambatan pun bermunculan. Mulai dari gadget yang tidak semua orang mampu membelinya, harga kuota yang mahal, kendala jaringan, waktu yang sangat berbenturan dengan kuota agar tidak memakan banyak paket data hingga pelajaran yang kurang efektif. Belum lagi kendala yang dirasakan para guru dan murid saat di rumah, misalnya sang guru memiliki anak kecil yang harus diasuh dan misalnya juga ada murid yang sembari menjaga adik atau orangtuanya yang sedang sakit.

Banyak siswa sampai mahasiswa mengeluhkan kondisi yang sama, mencicipi asam-pahitnya dampak pandemi. Ketika semua dialihkan, ketidaksiapan itulah yang diuji. Bahkan, ada sebagian orang yang menganggap “air mata adalah larangan”. Semua harus dipaksakan, semua harus serba bisa. Dipaksakan bungkam, dipaksakan kuat, dipaksakan untuk menerima keadaan, dipaksa untuk sempurna, memikulnya sendiri, tertatih dalam mengerjar, bahkan tidak sampai.

Akhir-akhir ini juga sering kita dengar, media sosial diramaikan oleh kabar siswa yang bunuh diri akibat stress dari PJJ ini. Dilansir dari Kompas.com, Siswi SMA Bunuh Diri karena Beban Tugas Daring, Dinas Pendidikan Evaluasi Sistem Belajar Online. Gowa, KOMPAS.com - Tewasnya MI (16), siswi kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 18 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas terbujur kaku di bawah tempat tidurnya pada Sabtu (17/10/2020). korban tewas diduga karena bunuh diri dengan cara minum racun rumput. Alasannya, karena depresi dengan banyaknya tugas sekolah yang dilakukan secara daring.

Kasat Reskim Polres Gowa AKP Jufri Natsir mengatakan, dari hasil penyelidikan yang dilakukan itu korban sebelum ditemukan meninggal sempat mengeluh kepada rekannya soal tugas sekolah yang menumpuk. Korban kesulitan mengerjakan tugas itu lantaran akses internet di sekitar rumahnya sulit. “Penyebab korban bunuh diri akibat depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari sekolahnya dimana korban sering mengeluh kepada rekan-rekan sekolahnya atas sulitnya akses internet di kediamannya yang menyebabkan tugas-tugas daringnya menumpuk” kata Jufri Natsir. Dugaan bunuh diri itu juga diperkuat dengan sebuah rekaman video berdurasi 32 detik di dalam ponsel milik korban. Dalam video tersebut memperhatikan detik-detik korban saat menenggak racun tersebut.

Dilansir dari CNN Indonesia, WHO: Pandemi Covid-19 Menghancurkan Kesehatan Mental. Jakarta, CNN Indonesia -- Tak cuma menyebabkan masalah kesehtan, namun WHO mengungkpakan pandemi Covid-19 memiliki “dampak yang menghancurkan” pada layanan kesehatan mental secara global. Mereka juga memperingatkan bahwa kesehatan mental telah diabaikan dalam krisis, merujuk pada survei yang dilakukan antara Juni dan Agustus yang mengungkapkan gangguan parah pada layanan di 93 negara.

Sementara 83 persen dari 130 negara yang disurvei telah memasukkan kesehatan mental dalam rencana tanggapan pandemi virus corona mereka, hanya 17 persen yang benar-benar menyiapkan dana penuh yang diperlukan, katanya. “Kepedihan, isolasi, kehilangan pendapatan dan ketakutan memicu kondisi kesehtan mental atau memperburuk kondisi yang sudah ada,” kata badan itu dalam sebuah pernyataan. “Banyak orang mungkin menghadapi peningkatan kadar alkohol dan penggunaan narkoba, insomnia, dan kecemasan.” WHO juga mengatakan lebih banyak data diperlukan tentang efek Covid-19 pada kesehatan otak ke depannya.

Dari kabar yang telah dikutip dari kompas.com dan CNN Indonesia, sebaiknya kita perlu hati-hati atas kesehatan mental kita, apresiasi diri kita karena telah mampu bertahan sampai saat ini. Mungkin memang sulit, apalagi dalam pandemi seperti ini, tapi penyelamat mental diri kita yaitu diri kita sendiri.  Dalam pandemi ini pun sebaiknya kita meningkatkan banyak ibadah agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Perbanyak  sabar dan saling mengerti kondisi,  agar tidak ada yang merasa terbebani dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tolong belajar berdamai dengan keadaan, semua mengingkan hal yang sama. Pandemi usai, semua kembali normal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun