Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pemetik Cengkeh di Kaki Latimojong

11 Agustus 2014   07:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:52 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentari pagi memancarkan sinarnya dari ufuk timur, kicuan burung ikut menghiasai sejuknya pagi dengan hembusan udara yang bersih. Di jalan bebatuan motor-motor lalu lalang dengan suara yang kencang. Mengisi liburan lebaran, pagi itu kami ingin menuntaskan keinginan kami memetik cengkeh. Perjalanan lumayan jauh, dengan motor matik yang masih baru. Kami melaju kendaraan kami tanpa macet, disamping kanan kiri jalanan pohon dan hamparan sawah menemani perjalanan kami. Tidak jarang kami berpapasan dengan para pemetik cengkeh, kami tidak melihat kebun kakao yang dulu primadona.

Bulan Juli sampai Agustus adalah bulan madu petani cengkeh. Setahun sekali para petani bisa menikmati kuncup-kuncup cengkeh merekah, memetik dan menjualnya. Perjalanan dengan motor berakhir diujung desa, karena kebun cengkeh berada diatas kaki gunung dan menyebrang sungai motor tidak bisa menemani perjlaanan kami berikutnya. Hanya sekitar 5 menit jalan kaki menyebrangi sungai kecil kami sampai di hamparan kebun cengkeh. Cengkeh milik saudara ada sekitar 100 pohon,sebagian besar masih berumur 5 tahun. Di usia 5 tahun biasanya cengkeh masih jarang berbua.

[caption id="attachment_352247" align="aligncenter" width="560" caption="Memetik cengkeh bukan pekerjaan mudah (foto: koleksi pribadi)"][/caption]

Kami menyasar ke salah satu cengkeh yang tangkai bunganya tumbuh dengan lebat, dari pagi menjelang siang kami menghabiskan waktu bersama pohon-pohon cengkeh. Di sela-sela memetik cengkeh ada saja yang datang untuk mengajak berbincang-bincang. Tidak jarang para petani membanggakan pohon cengkeh milik mereka atau sekedar mengeluh karena harga cengkehnya tidak dihargai lebih baik dari cengkeh yang lain.

Di pasaran harga cengkeh meroket tajam, tangkai bunga cengkeh yang kering dihargai sampai 150.000 perkilo. Satu pohon yang masih muda berusia sekitar 5 tahun bisa menghasilkan 5 kilo atau sekitar 750.000 ribu.salah satu kelebihan cengkeh adalah semua batangnya laku dijual, bunganya dihargai 150.000/kilo, tangkainya 10.000/kilo, daun cengkeh dihargai 3000/kilo dan yang paling mahal adalah batangnya diatas 150.000/kilo. Maka tidak heran cengkeh menjadi primadona kembali, menggeser kakao yang redup dan nilam. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, selain untuk rokok, cengkeh juga digunakan untuk kesehatan dan makanan, maka tidak mengherankan cengkeh menjadi mahal.

[caption id="attachment_352249" align="aligncenter" width="560" caption="Pohonnya kecil tapi tangkai bunganya penuh (foto:koleksi pribadi)"]

14076891191034495396
14076891191034495396
[/caption]

Di desa Malenggang  kab. Luwu, petani sudah menanam cengkeh sejak 30 tahun lalu. Saya masih ingat ketika kelas satu SD diajak keluarga menyusuri bukit menanam cengkeh walau waktu itu dikepala kami semuanya sekedar bermain. Pasang surut cengkeh didesa Malenggang memang menarik sekali, pada masa orde baru harga cengkeh jatuh ke palung yang paling dalam, satu kilo dihargai hanya 2000/kilo.

Zaman itu cengkeh adalah mesin uang keluarga cendana melalui monopoli (kartel) perdagangan cengkeh. Kecewa dengan kondisi tersebut banyak petani yang beralih menanam kakao. Di saat bersamaan di kecamatan Bupon sedang menjadi percontohan kakao propinsi. Banyak petani kakao didatangkan dari kabupaten Soppeng. Kakao memang sukses luar biasa, banyak petani dari Soppeng bisa naik haji karena kemakmuran kakao.

Sebagian besar petani tidak menyadari bahwa kakao mesti diremajakan agar bisa menghasilkan buah yang baik, mereka terlena dan pemerintah terlambat mengantisipasinya. Program Gernas Kakao yang menghabiskan trilyunan rupiah gagal total di desa Malenggang dan desa sekitarnya. Kebun-kebun kakao diratakan diganti menjadi hamparan sawah dan kebun-kebun cengkeh.

[caption id="attachment_352253" align="aligncenter" width="531" caption="Menjemur cengkeh"]

14076894511880480532
14076894511880480532
[/caption]

Ketika masa-masa suram terdapat sekelompok petani yang mencoba bersabar tidak memotong dan mengganti cengkeh dengan kakaonya. Kini merekalah yang menikmati panen yang melimpah, buah dari kesabaran adalah tangkai yang menghasilkan puluhan juta setiap tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun