Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... -

Merendahlah, hingga sampai tak ada yang merendahkanmu. Mengalahlah, hingga sampai tak ada yang bisa mengalahkanmu. Hanya ada dua manusia, ia menulis dan ia ditulis. Instagram : @iskandar.zulkarnain.29

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siang yang Menggigit

28 Mei 2018   23:38 Diperbarui: 28 Mei 2018   23:57 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batam,  siang yang menggigit.

Sesudah pulang sekolah, sudah empat puluh lima menit Dadang menunggu di depan halaman rumah, tetapi tak terlihat akan dibukakan pintu oleh Ibunya.  Udara dan cuaca di Batam yang sangat panas telah membasahi tubuhnya yang dekil, ia mencoba mengetuk pintu berkali-kali. Tetapi tidak ada seorang pun yang mendengar ketukan tersebut. Lelaki itu mencoba mendobrak pintu tersebut supaya ia bisa masuk, namun pintu tersebut masih saja terkunci dengan rapat. Jika tiga menit lagi tidak ada yang mendengarkanku, maka aku akan mencoba memanjat tembok rumahku, pikirnya untuk mencoba masuk.

Lelaki tersebut mencoba naik keatas tembok dan berjalan diatas langit-langit rumah. Ia melihat ke arah kamar ibunya. Dan ia segera meloncat menghampiri ibu yang terbaring lemas diatas kasur.

"Ibu... Ibu kenapa? Siapa yang membuat ibu seperti ini"

"Ibu tidak apa-apa nak, Ibu cuman kelelahan habis kerja"

"Tidak Bu.. Sekarang juga saya akan membawa Ibu ke rumah sakit"

Pada siang itu juga Dadang membawa pergi Ibunya ke rumah sakit yang terdekat. Dadang adalah kakak dari Lia yang berumur lima belas tahun dan sedang menempuh pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Negeri. Sedangkan Dadang duduk di bangku Madrasah Aliyah Negeri 1 Batam.

Dadang tidak akan memberi tahu adiknya, jika sekarang Ibunya di bawa ke rumah sakit. Dadang tidak ingin adiknya bersedih jika ia melihat Ibunya sedang sakit. Namun Dadang harus memberi tahu Ayahnya, ketika Ayahnya sudah pulang.

"Kamu anaknya Ibu Masriani ya dik?

"Iya bener Pak, saya anaknya"

"Oh.. Kalau begitu mari ikut saya ke ruang administrasi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun