Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengapa Layar Begitu Menggairahkan dan Kertas Semakin Membosankan?

31 Juli 2019   19:16 Diperbarui: 1 Agustus 2019   08:57 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi antara buku dan gadget (ilustrasi: taylor argenzo)

Mungkin ada yang pernah bertanya-tanya, apakah bioskop itu media atau bukan. Lalu buku itu masuk kategori media atau bukan. Lalu kenapa kertas koran semakin membosankan, sementara layar ponsel terlihat begitu menggairahkan?

Saya akan coba membahas sekilas seputar definisi media di era digital, yang hari ini hanya terbagi dalam dua kategori: layar dan kertas.

Media Layar adalah layar yang bercahaya, mencakup layar ponsel, tablet, laptop, monitor, televisi, sampai layar bioskop. Sedangkan Media Kertas hadir dalam bentuk pamflet, brosur, buku, majalah, tabloid, koran dan seterusnya.

Baca juga: Golden Ticket JD.ID, Undian Berhadiah dalam Selubung Transaksi Belanja

Layar semakin digemari karena kecanggihan teknologi informasi dan teknologi komunikasi yang terbenam di dalamnya. Itulah ekspansi digital. Satu layar bisa bertransformasi menjadi beragam fungsi dengan berjuta konten bermunculan bergantian.

Sementara kertas semakin ditinggalkan karena nyaris tidak ada teknologi informasi dan komunikasi yang bisa dibenamkan ke dalamnya.

Bahkan teknologi QR Code yang dulu paling adaptif terhadap kertas pun sudah dikalahkan dengan kehadiran layar yang sudah berfungsi sebagai media penampil kode QR sekaligus pemindainya (misalnya untuk transaksi pembayaran menggunakan Dana ataupun Gopay).

Baca juga: Antara Naskah dan Transkrip Pidato "Visi Indonesia" Presiden Jokowi

Tapi media tanpa isi seperti rumah tanpa penghuni. Kedua media tersebut tentu membutuhkan konten. Atau bisa dibilang, pengguna membeli perangkat atau akses ke media untuk menikmati konten di dalamnya.

Sampai di sini, jelas media kertas kalah bersaing dari media layar.

Pertama dari sisi jenisnya, media layar bisa menampilkan gambar multimedia. Teks, foto, video, audio terangkai dalam satu konten yang menarik dan menghibur. Sedangkan media kertas hanya menampilkan teks dan gambar yang dicetak dengan tinta.

Dari sisi volume dan keragamannya, koran yang-- dibandingkan media kertas lain--terbit paling cepat, hanya menampilkan konten dalam sekian lembar. Bandingkan dengan ponsel, layar berukuran terkecil, yg setiap detik menampilkan 1001 konten, tiada henti, tanpa titik.

Seorang pengelola media jelas harus memahami kebiasaan dan kebutuhan konsumen dalam mengkonsumsi media dan konten di dalamnya.

Sementara sebagai penikmat konten yg tersaji di media, masyarakat butuh pemahaman #LiterasiDigital agar tidak terlena dan terjebak di dalamnya.

#LiterasiMedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun