Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duh, Panasnya #MesinNarkoba Andi Arief

6 Maret 2019   14:25 Diperbarui: 6 Maret 2019   15:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penggerebekan terhadap Andi Arief yang sedang nyabu adalah kasus narkoba yang menarik. Semalam ILC sudah mengangkatnya, tapi fokusnya masih pecah antara politik dan penegakan hukum. 
Jadi serba nanggung. Isinya lengkap dan seru, tapi sajiannya setengah panas.
Saya mau mencoba fokus ke aspek politiknya. 
Pertama soal bagaimana foto itu tersebar dengan sangat cepat. Kita menyaksikan betapa cepatnya foto-foto penangkapan sampai penahanan disebar ke publik. 
Ketika foto itu menyebar, saya ikut menayangkannya sambil berterima kasih ke pihak yang menyebarkannya. Sayangnya, di ILC semalam tidak ada polisi yang berkenan hadir. Ada narasumber yang bilang, foto itu bukan hasil bidikan polisi dan bukan polisi yang menyebarkannya. 
Kalau bukan polisi, siapa lagi yang bisa ada di TKP? Lalu siapa dong yang dapat otoritas menyebarkan. Kalau gak punya otoritas, kenapa yang menyebarkan gak diusut dan ditindak?
Siapapun dia yang punya akses ke foto tersebut bisa disinyalir memiliki kaitan dengan #MesinPolitik yang sedang berebutan istana. Bisa 01 bisa 02. Saya tidak mau menuding ke satu pihak.
Tapi yang pasti, secara legal formil, polisi sebagai aparat hukum berkewajiban menyimpan alat bukti itu rapat-rapat untuk kebutuhan penyidikan, penyelidikan dan persidangan. Bukan untuk disebarkan ke publik lewat media pers ataupun media sosial.
Kedua soal wanita cepu yang tasnya ada di foto tapi orangnya tidak ada. Semula disebutkan hanya ada Andi pada saat penangkapan. Tapi kemudian polisi bilang ada perempuan di sana.
Kehadiran sang wanita terkesan disembunyikan. Padahal, kalau dibanyak kasus penangkapan, wanita ini ibaratnya 'bumbu penyedap' buat pelaku narkoba dan korupsi. Akan lebih sedap buat mesin politik menggoreng kasus hukum kalau ada wanita di dalamnya. Tapi ini kok disembunyikan?
Menurut Ketua Indonesia Police Watch (IPW), dia itu cepu atau informan polisi? Kalau benar, berarti ada sesuatu yang dirancang sebelum polisi datang menyergap.
Nah, kalau disembunyikan begini, lantas bagaimana gelar perkaranya nanti? Siapa wanita itu, mengapa dia ada di situ, apa yang dia lakukan di TKP, sebagai mitra atau musuh pelaku dan seterusnya.
Kalau dugaan IPW benar, jangan-jangan sekarang ada banyak cepu wanita yang sedang ditugasi menempel pejabat politik jelang pemilu 2019. Serem kan?
Dan berhubung AA adalah politisi terkenal yang sempat bikin heboh publik lewat drama jenderal kardus dan 7 kontainer surat suara, status hukumnya bikin ribut. Ditahan salah, dibebaskan salah.
Ketiga, soal status Andi Arief. #MesinPolitik oposisi segera memposisikan AA sebagai korban. Agar muncul simpati dan serangan ke lawan politiknya.
Sejak kapan pengguna narkoba jadi korban? Dia pengguna loh. Orang yang menikmati barang haram. Dia bersalah karena menjebloskan dirinya ke dalam jurang narkoba. Jangan kemudian dikomunikasikan seolah dia korban dari lingkungan apalagi kebijakan.
Andi Arief adalah orang dewasa, politisi yang disebut pintar dan aktifis reformasi yang pemberani. Dia tahu narkoba itu barang haram dan merusak. Sebagai orang partai, mestinya dia menghancurkan barang itu, bukan malah menghisapnya.
Tidak ada sedikit pun keteladanan yang layak ditiru dari seorang pengguna narkoba. Karena dia adalah pengguna, bukan korban. Dia bukan hanya merusak dirinya sendiri, tapi juga mempermalukan keluarganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun