Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Presiden Paranoid

15 Agustus 2015   09:41 Diperbarui: 15 Agustus 2015   09:41 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Media ini yang membuat Pak Jokowi Jadi Presiden, Media ini juga yang membuat pak Presiden paranoid"][/caption]

Sebagai presiden, Joko Widodo memang tidak memiliki kwalitas demokrasi yang sempurna, meskipun awalnya "menang" karena dukungan media pula. Nama "Joko Widodo" menjadi tenar dengan dengan sebutan "Jokowi", hingga ada seniman lagu meng-abadikan Jokowi dalam sebuah lagu " Jokowi" , sebagai bentuk dukungan penuh mereka kepadanya. Itu dulu sebelym Jokowi jadi Presiden, termasuk orang yang tahan banting, kebal kritikan dan kebal fitnah dan hinaan. Belakangan diawal pemerintahan atau tahun pertama Jokowi memerintah, ketika serangan bertubi tubi dilakukan media dan politisi kritis lainnya. Jokowi yang tahan banting, kebal kritik dan hinaan menjadi goyah juga, hingga melampiaskan amarahnya kepada media dan membuat aturan reduktif pemerintahan dengan berusaha melahirkan hukum ancaman kepada para penghina "Presiden" , mencoba menembak media masa lewat Pidato Kenegaraan Presiden tanggal 14 Agustus 2015. 

Dalam bagian Pidato kenegaran Presiden sangat miris sekali dengan keluhan sebagai Presiden terhadap sikap Media yang oposan terhadap dirinya, media dimatanya seolah menatap dengan buta pada kinerja Presiden yang terklaim baik menurutnya. Bahkan diulang dua kali untuk menunjukkan kemarahannya pada Media, bahwa Media harus turut bersamanya dalam mencerdaskan bangsa dan turut memikirkan kedamaian ditengah masyarakat. Kecemasan Presiden terhadap Media pengkritik menjadi salah satu sebab dirinya terpojok, sehingga Presiden melampiaskan amarahnya lewat Pidato Kenegaraan. 

Mestinya seorang Presiden itu harus memperbaiki Kinerja, bukan kemudian berseberangan dengan Media, justru dengan sikap Presiden yang berlebihan mengkritisi Media, bukan saja bisa menyebabkan jatuhnya dirinya dari kursi Presiden, tetapi juga bisa merugikan pihak lain, demikian juga orang orangnya yang membuat Pidato kenegaraan itu lebih cerdas mencermati Media, bukan mengkompori Presiden melawan arus Media. Yang tidak pernah disadari oleh Presiden dan orang orangnya, bagaimanapun kontroversil media dalam menilai Presiden hanya cukup ditanggapi sijkap sebagai Presiden yang berwawasan Demokrasi, tidak harus lawan politiknya di dekte agar patuh padanya, ini tidak mencerminkan seorang negarawan yang layak dicontoh. 

[caption caption="Media ini menakutkan Presiden dan Media ini yang mengantar pak Jokowi jadi Presiden"]

[/caption]

Mengapa harus paranoid dengan Media, sebagaimana jaman Megawati ketika media mengkritisi sikap Megawati sebagai Presiden waktu itu. Kalau memang benar dan kinerjanya baik mana mungkin media masa akan menilai tidak baik, apakah artinya selama ini kinerja yang ditampilkan Presiden itu tidak baik sehingga lebih menampilkan wajah paranoid, atau memang Presiden merasa semua yang dilakukannya tidak menyentuh masyarakat ?. Misalnya dari sisi Ekonomi memang perlu tinjauan adil, apakah karena mata Dolar Amerika atau Yuan Rupiah menjadi anjlok ?. Atau karena memang tidak mampu mengembakang karakter Ekonomi kebangsaan yang mandiri, yang membuat ketergantungan sebagai bangsa yang besar [menurut Bungkarno] dan berakibat segala kegiatan Perekonomian bangsa menjadi lemah, atau memang tidak ada satupun potensi negara yang bisa mendongkrak dunia usaha dinegara ini dapat melemahkan mata uang lainnya. 

Apa yang dilakukan dunia Usaha kita dengan seorang Presiden dan Menterinya dalam upaya membangun ekonomi yang kuat, sedangkan tidak pernah ada keinginan besar menumbuhkan kepercayaan diri bangsa tanpa tergantung pada orang luar, disamping cukup dengan menggali potensi yang ada sehingga negara luar merasa harus membutuhkan Indonesia, sebagaimana layaknya negara luar seperti Amerika yang menjadi keharus bagia tiap negara mendolarkan uangnya. Apa Jokowi punya skil pemikiran seperti itu ?. 

 

Tanpa harus menyalahkan kanan kiri, depan belakang dan atas bawah, sebaiknya lebih pada melihat kemampuan diri sebagai Presiden, bukan menjadi Presiden yang paranoid, merasa dibayangi rasa takut dengan berita anti dirinya di Media. Ini jelas merugikan diri sendiri dan pemerintahannya. Bagaimana seharusnya menghasilkan karya perbaikan ekonomi dengan mewujudkan ekonomi Indonesia yang kuat dan berwiba, mencari rumusan apa saja mempertahankan kekuatan Ekonomi negara, apalagi punya standar ekonomi pancasila yang selalu didengang dengungkan, lalu mana kehebatan pancasila itu sendiri yang menjado harga mati menjadi pandangan Negara NKRI pak Jokowi. Mengapa harus mengeluh hanya karena banyaknya Media melakukan kritik kepada Bapak Presiden, mestinya menjadi cambuk lebih mengerahkan kemampuan sebagai Presiden, melahirkan pikiran cerdas yang mengahsilkan karya karya untuk rakyat Indonesia yang berada diatas puncak kegemilangnya..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun