Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menempelkan Tubuh di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih

27 Februari 2015   17:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hambar rasanya tidak di perhatikan orang sekitarku di saat aku sakit, batin menjerit menagih janji dan  sifat Pengasih dan Penyayang Tuhan, bolak balik baca ayat ayat suci , banyak perjalanan yang pernah kutempuh dan kerempuh  di saat aku sehat, diingat sebagai dzikir perantara dan media, di hitung langkah langkah kebaikan yang pernah kaki kujejakkan. Sambil wajah menangis malu pada-Nya, aku rebahkan sujud di pintu malam dan siang, kutempelkan keningku, mengajak Tuhan bicara dalam sujudku.

Tuhan di mana Engkau Adanya, padahal Imanku tak pernah meragukan-Mu, padahal aku tak henti menyatakan dan membela ajaran-Mu , pada risalah Nabi-Mu yang Kau wahyukan. Tak bergeming keyakinanku dari-Mu sedikitpun. Aku tak tak pernah mengeluh karena aku lapar dan dibaikot oleh teman teman dan saudaraku seiman, yang ngaku Islam, tetapi hanya sebatas diatas KTP dan sajadah sholat, sedang hati mereka meninggalkan perintah perintah-Mu.

Aku terlantar di Masjid-Mu ini, mata mata memandang nista padaku, cibir dan maki menjadi dzikir mereka padaku, melantunkan keanggunan mereka dan menista kehidupanku. Nada sumbang dan serapah menghiasi kata kata mereka. Fitnah mereka tuangkan dimana mana, meskipun mulut mereka basah dan komat kamit dengan fitnah belaka. Mereka dustakan kebejatannya sendiri, akhlaqnya yang menebang pintu pintu dakwah dan pintu pintu surga, bangga dengan fitnah yang dihembuskan dari jendela waktu. Berbagai paradigma Negatif tentang aku dituangkan dalam cawan kehidupanku. Aku berkata jujur pada-Mu , Allah Tuhanku. Bahwa aku tak pernah seperti gambaran mereka yang memang hitam hidupnya, yang berlumur kebencian, dengki dan iri hati.

Sejak awal aku terjun dalam dakwahmu, mereka memang menabung kebencian dalam rekening kehidupannya, hanya untuk menebang dan menutup pintu dan akses dakwah. Istri dan anakku menjadi korban kebiadaban mereka sebagai pemimpin umat. bukannya tabayun, tetapi karena hanya sekedar laporan normatif bahwa aku adalah pendosa, lalu mereka percaya, tanpa menghadirkan aku. Mereka para pemimpin pemimpin ini percaya begitu aja, ikut menikmati dosa dalam cawan kehidupan yang penuh cairan fitnah dan darah subhat.

Ya Allah bila karena itu aku menuntut-Mu, buktikan kebenaran bahwa aku adalah hamba-Mu juga, apalagi Engkau berjanji akan selalu menepati janji, buktikan Firman firman-Mu, agar menjadi obat penawar padaku dan keluargaku yang haus kasih sayang-Mu.

Malam tak terasa seorang sahabat, penulis dan redaktur Sangpencerah.com datang keacaraku di Masjid, tempat yang menjadi kem dakwah dan derita saya. Dia masih muda, namun gairah dan semangatnya membela menyampaikan pesan pesan dakwah terlihat di wajahnya. Bapak Machsuni orang memanggilnya, selain sopan santunnya yang mempesona sebagai anak muda, juga mengerti tata letak pergaulan, hingga bisa menempatkan diri di mana sahabatku ini bergaul dan bercanda.

Belas kasih Allah datang, pada saat saya setengah sembuh dari penyakit yang sering kumat menggembirakan para nyamuk penyabar virus Demam berdarah, tak diragukan seorang Machsuni yang saya kenal itu bukan sekedar pemuda yang konseptor, tetapi juga elegan dalam pergaulan. Tiba tiba siang hari jam 10 pagi, ada dering telpon yang tak dikenal, ketika di angkat terdengar salam lembut, menanyakan tentang kondisi saya. Beliau seorang Binroh Rumah sakit Islam, Bapak Rokhyadi Anwar, begitulah beliau memperkenalkan diri. Dengan tutur katanya yang memukau dan tertata rapi, menunjukkan beliau seorang yang mengerti dan apilkatif dengan ajaran agama. Tutur sapanya : "Assalamu'alaikum Ustad ". Spontan aku menjawab:" wa'alaikum salam, kalau boleh tahu, dengan siapa saya bicara". Jawabnya yang santun menarik katanya : " Bila diperkenankan ustad, saya dari rumah sakit Islam, Pak Anwar Ustad". Kataku teragap agap tak menyangka : "Dari Rumah sakit Islam ?". "benar ustad". Tegasnya. kemudian lanjutnya." Saya banyak mendengar dari Ustad Jamal tentang ustad, menurut beliau ustad sakit , makanya saya segera menghubungi Ustad". Sambut saya : "benar pak kayaknya saya kambuh lagi Debam berdarah saya, terasa mual dan pusing kepala, meskipun berangsur sembuh". Tiba tiba beliau mengejutkanku katanya : "Ustad saya akan segera meluncur dari rumah sakit, ustad posisinya di mana ?".....sempat meneteskan air mata , kiranya keluhanku didengar Allah, kemudian aku menjawab: " Saya posisi di Masjid Pak". "baiklah kalau begitu saya akan segera kesana".Jawabnya

Aku tak pernah berpikir bahwa Bapak Anwar bersama tim kesehatan Rumah sakit Islam Cempaka puti, dengan beberapa sahabat sahabat lazizMu. Sejam kemudian, ada suara suara ramai dan suar seorang pimpinan Masjid , Bapak Rusydi mengantar tamu dari Rumah sakit Islam, meskipun saya tidak tahu mana yang bapak Anwar, rombongan beliau yang terdiri dari 5 orang dengan sopir masuk ruanganku, rupanya memang tim dari rumah sakit, tim yang sangat santun dan kompak. "assalamu'alaikum". Kata Bapak Rusydi takmir masjid kebon Baru. Wa'alaikum salam ". Tegasku . "Ini Ustad , bapak bapak ini dari Rumah sakit Islam". Kata beliau. Al Hamdulillah, subhanallah, merinding tubuhku, terkagum dengan Ijabah Allah dari doaku kemaren , sebelum tim yang terhormat ini datang. Mau menangis di depan mereka, tetapi saya malu, sambil mencoba menahan diri desakan tangis yang mendera batin. "Ustad kami dari rumah sakit Islam", katanya, sambil aku menjbata tangan mereka semua. namun kemudian saya lihat ada petugas jebret yang mengambil fotoku, ada petugas kesehatan, dan lainnya, yang jelas menyibukkan diri diruangan kantor masjid. Dalam benakku, begini kompaknya tim RSIJ ini, padahal aku bukanlah selebritis atau orang besar, tetapi perlakuan mereka seolah aku orang besar.

"Sebaiknya ustad ikut kami kerumah sakit". Kata seorang tim, karena saya tidak tahu yang mana yang namanya Bapak Rokhyadi Anwar. Demikian juga dorongan dari takmir Masjid bapak Rusydi. Dengan setengah tak percaya saya mengiyakan saja, segera berkemas dan kami turun dari lantai Masjid menuju mobil ambulance yang menunggu di halaman Masjid. Aku cubit kulitku, ini benar apa nyata, jangan jangan bermimpi. sela hatiku ketika itu. Selanjutnya kami bersama meninggalkan Masjid, dan mengambil Istriku yang ada di Bukit Duri mendampingiku.

Setelah di ruangan Masjid, saya disuruh berbaring di Kamar Darurat menunggu proses yang cukup cepat tangkas dalam menangani Pasein, barulah aku tahu siapa Bapak anwar, ketika beliau ikut mendampingiku sejenak di sampingku, beliau ternyata lebih lembut sapanya dan juga akhlaqnya ketika memperlakukan Pasein. Saya tak menyangka kalau beliau juga seorang Ustad yang kebetulan sebagai ketua Binroh Mesjid RSIJ cempaka Putih, juga bidang pendidikan di Lazis-Mu RSIJ.

Pertemuan dengan beliau di Rumah sakit menjadi jendela saya melangkah jauh dalam gagasan gagasan dakwah mensukseskan Muhammadiyah, untuk itu beliau meminta saya mengisi acara pengajian Kamis di Masjid RSIJ, yang diikuti dengan kegiatan kegiatan lainnya. Tak menyangka dan tak nyana. Begitulah Allah meng-ijabah doaku yang penuh dengan rintihan gundah. Inilah perjalanan Spiritrual, doaku yang menanti dalam cemas dan harap, akhirnya menjadi bukti kebenaran Allah Subhana Wataala.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun