Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Anak Bibi

23 Juni 2019   00:08 Diperbarui: 23 Juni 2019   00:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - https://www.41a.net

Malam itu kakak menangis sangat keras. Ia tidak dapat menerima kepulangan dua ikan kesayangannya untuk menghadap Sang khalik (pencipta).  Kakak sangat terpukul dengan kepergian gurame merah dan cupang merah. Buat kakak keduanya merupakan sahabat sejati. Selalu ada waktu sedih dan senang. Teman curhat dikala papa dan mamah sibuk bekerja.Mamah berusaha menenangkan kakak, dia membujuk kakak untuk diam, seraya berjanji memberikan ikan baru."Diam ya kak, nanti mamah belikan ikan baru yang lebih banyak. Jangan menangis lagi, nanti papa bangun, kamu kena marah," katanya.


Kakak sempat terdiam lima sampai sepuluh menit waktu mendengar nama papa disebut mama, namun ia kembali meneteskan air mata saat mengat gurame dan cupang yang pergi tanpa pesan.

"Kalau kalian berdua tidak ada aku main dengan siapa. Mamah sibuk bekerja, begitu juga ayah. Sedangkan bibi banyak pekerjaan di belakang," rengeknya.

Mamah yang mulamya ingin marah menjadi diam. Rengekan kakak seperti anak panah yang menancap tepat di jantung. Membuatnya kesulitan bernapas. Tangan lembut mamah mengusap kepala kakak.

"Mulai besok kakak tidak lagi sendiri, ada mamah yang nemenin. Biar aja papa yang kerja," katanya sambil mencium rambut Kakak dengan lembut.

Besok pagi, lanjut mamah, gurame dan cupang kita kubur di taman belakang biar kakak bisa datang kapan saja.

"Kapanpun kakak mau ngomong dengan gurame dan cupang tinggal ke taman belakang," tuturnya.

Kakak mengangguk, ia senang mendengar perkataan mamah. Dia berharap besok pagi bisa bermain dengan mamah. Dalam tidur ia berdoa semoga harapannya menjadi nyata.

Pukul 09.00 WIB kakak terbangun, disampingnya tak ada lagi mamah yang berjanji menemaninya bermain. Yang ada hanya perempuan paruh baya yang selalu setia memandikannya di pagi dan sore hari.

"Mamah mana bi," tanya Kakak kepada perempuan yang berada di pinggir kasurnya.

"Mamah dan papah sudah berangkat kerja. Kok nanya, bukan setiap hari kita selalu bersama. Ayo cepat bangun, kita kubur gurame dan cupang yang biasa kamu ajak ngomong itu dengan layak," kata bibi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun