HUJAN sore itu menggenang sebagian jalan di Jakarta. Sebagian pemotor memilih menepikan kendaraan untuk berteduh. Tapi tidak bagi Alik Bangka. Ia harus terus memacu kendaraan bermotornya di tengah guyuran hujan, walaupun dengan kecepatan pelan.Â
Dia berusaha memilah-milih jalanan yang tak digenangi air hujan terlalu banyak agar celananya tidak basah terkena cipratan kendaraan lain.
Alik sekali lagi terpaksa berjalan di tengah guyuran hujan lantaran sudah sangat terlambat masuk kantor. Jam masuk kantor Alik Bangka pada pukul 14.00 WIB. Namun, dua bulan belakangan ini ayah dua orang putri itu baru tiba di kantor pukul 18.19 WIB. Sangat terlambat.Â
Sudah banyak pegawai yang mencibir Alik Bangka. Tapi ia berusaha tebal muka. Tidak sekalipun menanggapi cibiran tersebut. Baginya lebih penting uang untuk beli susu anak ketimbang kalah dengan cibiran.Â
Sesampai di kantor, ia mengendap-endap masuk ke ruangan. Duduk di meja kerja dan menyalakan komputer. Tangan kasarnya mengarahkan mouse pada halaman YouTube. Selanjutnya memasang earphone, serta memainkan sebuah lagu sendu pengantar tidur. Â
Alik Bangka lupa kalau kamera CCTV memantau setiap kegiatan di kantor. Kepala Kantor Amce geleng-geleng kepala melihat tingkah pola suami Arzeti Husbina itu.Â
"Orang lama kok kelakuannya kayak anak baru kemarin masuk dunia kerja. Pantas jabatan dipreteli terus," kata Amce dalam hati.
Alik Bangka telah berulang kali ditegur lisan, diperingati tertulis, diultimatum sampai akhirnya dianggap tidak ada. Mau masuk ataupun tidak terserah dia. Hanya Tuhan yang tahu kemana langkah Alik Bangka pergi.Â
Alik Bangka pernah memberi tahu alasan kenapa dirinya sering datang terlambat. Pertama, istrinya seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak mungkin dipaksa berhenti. Kedua, anaknya masih kecil-kecil. Yang satu bisa dititipkan ke rumah orang tua, yang satu lagi harus sekolah di dekat rumah. Si sulung baru pulang pukul 17.00 WIB. Kedua, keponakannya yang biasa menjaga anak sulungnya sedang libur kuliah dan pulang kampung.
"Jadilah saya sering telat ke kantor," katanya tanpa perasaan bersalah.Â
Amce heran mendengar alasan Alik Bangka. Otaknya sama sekali tak menangkap kaitan antara urusan kantor dan persoalan internal keluarga.Â