Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Melihat Upaya Sandiaga Kembalikan Kejayaan Orba

20 November 2018   11:34 Diperbarui: 20 November 2018   12:39 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahlawan pelindung bumi Ultraman (dokpri)

SPIRIT reformasi 1998 mulai tergerus sahwat meraih kekuasaan. Para pelaku reformasi seperti sengaja melupakan inti dari reformasi itu sendiri. Sekarang para 'pejuang' reformasi justru bahu membahu dengan keluarga rezim Orde Baru (Orba) merebut tampuh kekuasaan yang kini diduduki kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan)yang menjadi representatif Orde Lama (Orla).

Sekilas pertempuran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menjadi domain Orba dan Orla. Sementara Orde Reformasi memiliki kecondongan berada di belakang Orba. Sedikit sekali pelaku sejarah reformasi berpihak pada rezim kerja Joko Widodo (Jokowi).

Simbol kebangkitan rezim Orba dapat dilihat pada kubu calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno. Sedangkan keberpihakan Orde Reformasi dapat dilihat dari keberpihakan Amien Rais (bapak reformasi).

Amien yang dulunya menjadi penentang Presiden Soeharto nomor wahid, justru kini menjadi pendukung utama mantan menantu Presiden Soeharto, Prabowo Subianto. Amien bahkan bungkam kala Siti Hediati Haryadi atau Titiek Soeharto membanggakan swasembada pangan yang berhasil dilakukan ayahnya selama memimpin Indonesia.

Bahkan, dengan suara tidak kalah keras dari suara Titiek, Cawapres Sandiaga menyatakan kebijakan swasembada pangan dan energi di masa Orba bagus sekali. Sandiaga pun akan mencoba menyesuaikan kebijakan tersebut dengan kondisi saat ini.

Sejarah memang selalu berulang. Dan selalu saja memakan korban masyarakat kecil. Betul kata Thomas Hobbes, hakikat manusia adalah bodoh, rakus dan tamak. Sekarang dan dimasa yang akan datang pembodohan masih terus dilakukan. Semua itu dilakukan untuk mencapai tujuan berkuasa. Segelintir elit kini mengklaim tak ingin terjebak pada Orla, Orba dan Orde Reformasi. Berlindung dalam gegap gempita demokrasi.

Melupakan perjuangan Marsinah, Udin, Wiji Thukul, Elang, Dedi Hamdun dan aktivis lainnya yang rebah berkalang tanah. Perjuangan yang mereka lakukan kini hanya menjadi cerita seremonial pengantar tidur elite penyuka kekuasaan.

Wajar kalau Sandiaga lupa nama aktivis yang menjadi korban kekuasaan karena menentang pembangunan Blok Mahakam, pembangunan waduk Kedung Ombo, Freeport dan sebagainya. Karena Sandiaga menghabiskan setengah hidupnya di Amerika Serikat. Tapi menjadi tidak wajar bagi Amien Rais, Pius Lustri Lanang, Dasmon J Mahesa, Fery Yulianto dan lainnya melupakan mereka-mereka yang telah mengorbankan nyawa untuk menumbangkan rezim Orba.

Waktu memang memakan semuanya. Termasuk ingatan. Tapi bukan berarti sejarah bisa diputar balikkan seenaknya saja. Sejarah merekam dengan baik bahwa swasembada pangan dan energi yang dilakukan rezim Soeharto memakan puluhan bahkan ratusan jiwa masyarakat kecil. Ada yang diharuskan menyerahkan tanah, harta benda bahkan nyawa. Tak sedikit dari mereka menuntut kembali lahan yang mereka miliki begitu rezim Orba tumbang.

Semoga Sandiaga pernah membaca catan sejarah bangsa kita, di mana petani cengkeh, pala dan vanila terpaksa membakar tanaman mereka karena diharuskan menjual dengan harga rendah oleh rezim berkuasa. Padahal kualitas cengkeh, pala dan vanila milik petani jauh lebih unggul ketimbang milik Thailand yang diimpor ke Indonesia.

Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto tentu masih ingat dengan peristiwa tersebut. Kita bukan melarang dilakukan swasembada pangan dan energi. Justru kita mendukung rencana tersebut asal rakyat tidak lagi dijadikan objek penderita. Tidak boleh lagi ada paksaan dalam menanam, tidak boleh tanah petani diambil paksa, perencanaan harus matang dari hulu hingga hilir. Dari penanaman hingga penjualan hasil tani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun