Sudah lebih dari satu bulan, kota Palembang berselimut asap akibat karhutla, walau telah sehari dua hari sempat diguyur hujan buatan, sampai kini asap masih saja enggan meninggalkan kota Palembang, dan justru serasa makin pekat.
Dan rasanya setiap warga kota Palembang, "yang menjadi korban" atas asap karhutla, serasa harus pasrah tak berdaya melawan aksi akrobat kekuasaan dan keserakahan oknum beserta para penguasa lahan perkebunan.
Sangat jelas untuk dimengerti, bahwa karhutla jelas-jelas ulah para oknum beserta para penguasa perkebunan, dikarenakan lahan gambut yang dibakar bila dilihat dari pesawat terbang saat kita melaluinya dalan perjalanan antar kota dari dan ke Palembang, merupakan area-area lahan perkebunan luas yang rapi dan tertata, dan dapat diyakini dan diketahui milik korporasi berkantong tebal, yang kabarnya pemiliknya kebanyakan para taipan dari negeri seberang.
Lucunya lagi, sangat jelas terlihat pembakaran-pembakaran yang terjadi seakan berkumpul dititik-titik tertentu, tidak acak sepertinya halnya kebakaran hutan secara alami, atau sekedar kelalaian.
Maka sudah layak dan sepantasnya, warga kota Palembang harus menerima akrobat permainan para oknum beserta para penguasa lahan perkebunan, karena tak punya kemampuan melawan, atau sudah tak berdaya, atau sudah pasrah... Entahlah... Semoga yang di atas sana tidaklah menjadi tak peduli.
https://tekno.tempo.co/read/1253268/ratusan-ribu-hektare-karhutla-siapa-membakar-lahan-gambut