Mohon tunggu...
Isidorus Lilijawa
Isidorus Lilijawa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Meneropong posibilitas...

Dum spiro spero

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Vs Spanyol di Arena Filsafat Bola

6 Juli 2021   18:50 Diperbarui: 6 Juli 2021   18:54 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tetapi agon juga tidak boleh dilebih-lebihkan. Melebih-lebihkannya hanyalah mengakibatkan kekerasan saja. Mengurangi apalagi meniadakan keduanya, juga membuat permainan menjadi bukan permainan lagi. Permainan haruslah tetap untuk permainan dan bukan untuk memuaskan nafsu manusia.

Dalam sepak bola, eros itu sangat penting. Tanpa rasa cinta pada sepak bola, seorang pemain tidak akan bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya di lapangan.

Dengan eros, seorang pemain mengalahkan individualitasnya dan menerima pemain lain dari negara, suku, warna kulit, ras yang berbeda sebagai sahabat dan rekan satu tim.

Dengan eros, seorang pemain bola bisa menghidupi manajemen perbedaan dan menerima pluralitas. Eros mempersatukan keragaman asal usul pemain, agama, etnis ke dalam satu ikatan batin dan cita-cita kolektif yang solid. Eros tak sempurna tanpa agon.

Agon untuk seorang pemain bola adalah pengorbanan diri dan peleburan diri individu menjadi diri tim. Semangat rela berkorban, berkanjang dalam latihan, disiplin, mentaati aturan main, berjuang secara maksimal adalah nilai-nilai agon dalam sepak bola. Agon juga adalah kerelaan menerima kekalahan, mengakui keunggulan orang lain dan mau belajar dari tim yang lain.

Seorang pahlawan bukan saja dia yang memenangi pertempuran, tetapi dia yang berani menerima kekalahan untuk sebuah kemenangan besar yang bakal menyusul.

Berkaitan dengan dua unsur ini, kita perlu mewaspadai fenomen mengagung-agungkan kemenangan sebagai yang utama. Keadaan ini sebenarnya menunjukkan betapa unsur agon itu terlalu ditekankan.

Ketika kemenangan telalu ditekankan, bahayanya nilai-nilai lain yang lebih luhur daripadanya dikorbankan. Bahkan tidak jarang manusia (sesama pemain) dikorbankan untuk mencapai kemenangan itu. Keadaan ini seringkali diperkuat oleh semangat balas dendam, semangat tidak mau mengaku kalahserta agresivitas yang terdapat pada setiap orang.

Untuk konteks sepak bola dan konteks hidup kita, ekses agon adalah nafsu untuk memiliki uang dengan cara-cara yang berlebihan. Nafsu untuk hidup seenak-enaknya dan semudah-mudahnya (easy-going) dengan pengorbanan yang sekecil mungkin.

Sejalan dengan ini adalah "sifat hampir mahakuasa" yang diberikan kepada uang. Benar-benar tidak mudah menemukan sesuatu yang tidak diperjualbelikan dengan uang sekarang ini. Karena itu tidak heran kalau terjadi penyuapan dalam permainan sepak bola.

Dalam dimensi filsafat, sepak bola  memiliki pedoman permainan yang sehat, yang sanggup menyehatkan 'aksi bermain' kita dalam setiap lini kehidupan. "Bermainlah dalam permainan, tetapi janganlah main-main. Mainlah dengan sungguh-sungguh, tetapi permainan yang dipersungguh. Kesungguhan permainan terletak dalam ketidaksungguhannya, sehingga permainan yang dipersungguh, tidaklah sungguh lagi. Mainlah dengan eros, tetapi janganlah mau dipermainkan eros. Mainlah dengan agon, tetapi janganlah mau dipermainkan agon. Barang siapa mempermainkan permainan, akan menjadi permainan-permainan. Bermainlah untuk bahagia, tetapi janganlah mempermainkan bahagia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun