Mohon tunggu...
Isharyanto Ciptowiyono
Isharyanto Ciptowiyono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pencari Pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebingungan dan Ambiguitas, Resep Bertahan Presiden Zardari

18 Juni 2013   15:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:49 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebingungan dan ambiguitas adalah dua faktor yang nyata yang telah menyelamatkan rezim Presiden Asif Ali Zardari. Selain itu, terdapat dua pertanyaan  yang mengabadikan kedua faktor ini: siapa dengan siapadan siapa yang diadu siapa?

Sejak  Presiden Zardari, yang juga ketua Pakistan People Party (PPP), banyak tokoh yang menyampaikan kepada media massa untuk berspekulasi apakah Liga Muslim Pakistan (PML), yang dipimpin oleh Perdana Menteri Nawaz Sarief akan menjalankan peran sebagai partai oposisi atau melayani kepentingan Presiden Zardari.

Walaupun baru saja dibentuk akan tetapi telah cepat berkembang, partai Pakistan Tehrik-e-Insaf (PTI) pernah menuduh PML bermuka dua dengan mengaku menjadi partai oposisi terbesar, tetapi pada saat yang sama menyembunyikan dugaan korupsi Presiden Zardari di semua tingkatan. Meskipun tuduhan itu mencerminkan perseteruan antara PML dan PTI akan tetapi berpotensi untuk menganggu dukungan masyarakat terhadap pemerintah. Selain itu, sengketa antara kedua pihak tampaknya mengaburkan permasalahan sebenarnya sehingga masyarakat terjerat masuk dalam berbagai rumor.

Ketidakpastian lain yang telah merasuki politik Pakistan salama hampir 5 tahun belakangan adalah apakah Partai  Mutahida Qaumi Movement MQM), yang berbasis di Karachi akan tetap mendukung Presiden Zardari?  Para analis telah sering berspekulasi  telah terjadi pepercahan antara PPP dan MQM. Meskipun telah ada lebih dari 6 kali MQM mengeluarkan pernyataan untuk keluar dari koalisi pemerintahan dalam 4,5 tahun terakhir,faktanya hingga 2012 lalu kedua pemimpin partai masih menjalin hubungan.

Hubungan antara apa yang disebut sebagai “pemerintahan sipil yang terkepung” (the beleaguered civilian government) dengan militer yang masih berpengaruh juga menambah kebingunan tersebut. para analis bersepakat bahwa perlu diantisipasi sebuah kemungkinan militer secara langsung atau tidak langsung melakukan kudeta terhadap pemerintahan Zardari sebagaimana nampak perselisihan Presiden dengan petinggi Angkatan Darat dengan segudang masalah.  Dinamika Konggres di AS yang mengajukan RUU Kerry-Lugar  guna melembagakan bantuan AS untuk Pakistan disambut oleh PPP, tapi militer tetap enggan untuk menerimanya. Ketegangan antara eksekutif dan militer memburuk, tapi masalah segera menjadi jelas.

Permasalahan berikutnya adalah sesudah peristiwa pembunuhan di Mumbaidi mana saat Presiden Zardari memutuskan untuk mengirim  badan intelijen Inter-Services Intelligence (ISI)  ke India  dalam upaya untuk memfasilitasi penyelidikan atas insiden mengerikan tersebut. Namun pemerintah dipaksa untuk mencabut  keputusan tersebut setelah militer diduga menolak kebijakan tersebut. Pemerintah juga dipaksa untuk membatalkan keputusan untuk menempatkan ISI bawah komando langsung dari Kementerian Dalam Negeri,  yang dipimpin oleh orang dekat Zardari Rehman Malik, setelah militer konon menolak maneuver tersebut.

Kontroversi berikutnya  adalah penangkapan terhadap Raymond Davis yang diduga merupakan agen CIA menambah ketegangan hubungan antara militer dan pemerintah. Pemerintah. Penangkapan itu sendiri umumnya dianggap reseptif terhadap AS, sehingga tampaknya bertentangan dengan kebijakan militer sehingga bersikeras untuk tidak membebaskan Raymond Davis. Tetapi kemudian Davis dibebaskan sesudah menjalani proses peradilan.

Skandal yang dikenal sebagai “Memogate”  telah memperburuk situasi politik Pakistan selama berbulan-bulan, menambah kesan perselisihan antara pemerintah dan militer. Dalam skandal itu terkuak sebuah memorandum yang  diduga dibuat oleh Pakistan dan ditujukan kepada duta besar untuk Amerika Serikat, Husain Haqqaniyang meminta dukungan Presiden Obama guna menggagalkan kudeta militer di Pakistan.  Memo tersebut konon ditulis untuk mantan Panglima Angkatan Bersenjata Laksamana James Jones, juga menyampaikan keinginan pemerintah Pakistan untuk  mengendalikan militer.Seluruh narasi kontroversi terkuak mengingat ada pengakuan pengusaha Pakistan-Amerika, Mansoor Ijaz , yang mengklaim menjadi penghubung antara Haqqani dan Jones. Perlu disebutkan bahwa Haqqani diyakini memiliki hubungan dekat dengan Presiden Zardari karena telah berkembang persepsi bahwa ia menulis memo itu atas perintah Jones. Media melaporkan hubungan antara pemerintah dan militer begitu tegang yang ditandai dengan penolakan panglima militer Jenderal Ashfaq Kayani untuk menghadiri makan malam resmi yang diselenggarakan oleh Presiden Asif Ali Zardari.

Oleh karena itu, meskipun ada argumen yang berkembang mengenai kerusakan hubungan antara militer dan pemerintah, namun kedua institusi tidak pernah memberikan klarifikasi. Namun, ambiguitas berlanjut tentang apakah militer telah berencana untuk menggulingkan Presiden Zardari atau tidak.

Ambiguitas tersebut telah membantu Presiden Zardari mempertahankan kekuasaan di atas masalah politik karena semua aktor, nasional dan internasional, yang mengambil posisi bertentangan terhadap pemerintah. Selanjutnya, PML khawatir jika tekanan pada pemerintah meningkat melampaui tingkat tertentu, militer mungkin berkonspirasi untuk menggulingkan Zardari dan pasti jika kudeta terjadi  tidak akan memberi kesempatan adanya  ruang untuk kekuatan politik dalam waktu dekat. Sementara itu, di tengah persepsi bahwa sebagai partai oposisi terbesar PML memperoleh keuntungan dari  bertahannya Zardari, kekhawatiran militer atas reaksi publik yang luas telah cukup untuk menekan militer  jika memainkan peran meruntuhkan rezim Presiden Zardari.

Partai MQM, yang dipandang sebagai partai pro-kemapanan, tetap yakin akan adanya pencairan dalam hubungan antara militer dan pemerintah akan berakibat fatal pada setiap titik waktu, sehingga partai itu tetap enggan untuk keluar dari koalisis pemerintahan Presiden Zardari.  Sementara PTI takut  akan prospek partai itu sendiri jika kelompok status quo akan dapat merayu media dan menghasilkan opini publik untuk menciptakan demonstrasi.

Last but not least, Amerika Serikat memegang rasa cemas tentang kemungkinan baik pasukan sayap kanan atau militer akan merebut kekuasaan terhadap pemerintah Presiden Zardari yang stabil dan akan membahayakan kepentingan barat di wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, Presiden Zardari bertahan karena  kebingungan dan ambiguitas dalam relasinya terhadap militer, PML-N, PTI, MQM, dan AS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun