Mohon tunggu...
Isbima Yanto
Isbima Yanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 agustus 1945

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Kembar Hantu yang Mirip Upin-Ipin Tanpa muka bikin kaget aja

15 Januari 2021   21:43 Diperbarui: 15 Januari 2021   22:43 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

seharusnya, saya menolak permintaan para sahabat-sahabatku untuk melakukan sebuah perjalanan ekspedisi malam keliling desa kala itu, yang berujung jantung saya berdebar-debar serasa seperti nembak doi yang takut ditolak mentah-mentah.

tragedi itu berawal saat saya masih tinggal di desa, kala itu saya dan sahabat-sahabat saya memang sering sekali melakukan sebuah kegiatan semacam ekspedisi malam keliling desa dan finishnya adalah warung penjual gorengan dan kopi buat mengisi perut yang kosong setelah uji nyali hehe.

itu kami lakukan setiap malam minggu setelah menunaikan ibadah sholat isya', agar tidak berebut remot tv dengan ibu-ibu kami dirumah, hehe biasa kan kalo emak-emak udah asyik nonton tv, dan tiba-tiba kita ganti channelnya. waw,gempa tektonik akan terasa sampai tetangga sebelah.

dari sekian ekspedisi malam keliling desa yang kami jalani, hanya sekali ini saya merasakan deg-deg an ketika sahabat-sahabat saya mengajak keliling desa melalui jalur yang utara, yang memang terkenal dengan jalan yang sangat minim dengan lampu dan sangat jarang ada rumah disepanjang jalan itu. namun karena saya tidak ingin mengecewakan sahabat-sahabatku, saya mencoba melawan firasat yang bikin merinding bulu kudukku.

hingga waktunya malam tiba setelah menunaikan ibadah sholat isya' bareng,kami memulai perjalanan dengan beranggotakan empat orang, dari empat orang yang bawa senter hanya 2 orang, itupun senter yang harganya 5000 an warna kuning gitu yang memang kurang terang cahayanya.

perjalanan pun dimulai dengan sahabat saya sebut saja bagus berada dibarisan depan karena dia paling berani dan juga yang membawa senter. setelah itu di belakang bagus ada saya dan juga sahabat saya ovan yang memang sama-sama tidak membawa senter, dan baris yang paling belakang adalah tian yang memang bertugas berjaga-jaga kalo ada apa-apa dibelakang karena juga tian membawa senter.

setelah berjalan melewati desa tempat kami tinggal, disambutlah jalan yang panjang dengan disekelilingi lahan persawahan yang  panjang dan juga luas. disepanjang jalan saya merasakan hawa yang cukup dingin, dengan suara-suara jangkrik yang saling bersaut-sautan. baru juga berjalan 5 meter sahabat saya ovan berbisik kepada saya

"bim kok aku ngerasa ada yang mengendus ya ditelingaku sebelah kanan"?
"halah itu paling cuman perasaanmu saja" ucap saya kepada ovan.
setelah saya mendengar perkataan ovan tadi, munculah firasat buruk yang sudah saya rasakan sebelum ekspedisi malam ini berlangsung. namun, saya mencoba tetap tenang dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa.

belum juga selesai melewati lahan persawahan yang panjang ini, tiba-tiba terdengar suara
"hoo,hoooo,hoo,hoooo"
yang bikin saya merasa semakin merinding. namun sahabat saya bagus mencoba menenangkan kami semua. "ahh itu cuman suara burung hantu kok, tenang aja."

hingga akhirnya kami sudah selesai melewati lahan persawahan yang panjang itu, dan bertemu dengan pedesaan yang memang jarang sekali rumah yang berdekatan satu sama lain. disini kami merasakan seperti memasuki desa tak berpenghuni saking sepinya desa ini.

ditengah-tengah desa ini kami akan menemukan jalan yang menurun yang ditengah-tengahnya ada sebuah sungai dengan jembatan yang lumayan panjang tanpa dilengkapi lampu penerangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun