Mohon tunggu...
Isbedy Stiawan ZS
Isbedy Stiawan ZS Mohon Tunggu... -

Lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan hingga kini masih menetap di kota kelahirannya tersebut. Menulis puisi, cerpen, esai sastra dan opini sosial, politik, dan kebudayaan. sejumlah buku sastra yang telah diterbitkan oleh penerbit di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi untuk Para Ibu

21 Desember 2010   12:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:32 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

puisi ini telah dimuat di media massa pada tahun pembuatan, dan telah terhimpun dalam buku puisi KOTA CAHAYA (penerbit Grasindo, 2005). aku angkat di catatan ini untuk merayakan Hari Ibu pada 22 Desember 2010: cintailah ibu sebagaimana ia mencintaimu, bukalah surga dari kunci yg dipegang ibu.

SAATNYA AKU MENGERTI buat ibuku Ratminah sisakan garam dari tubuhmu, ibu. sudah bermalam-malam kukeringkan air laut menajamkan pisau usiaku tapi kenapa aku lebih suka menikmati garam yang diulang dari tubuhmu? aku tak pernah jadi perahu di lautmu, ibu. padahal telah kurekam beribu-ribu ayatmu di hatiku. jadi lembar- lembar kitab yang terbuka: tapi wajahmu selalu hilang dan datang seperti gambar televisi yang tak mampu kubaca ibu, ingin kukeringkan air laut dari tubuhmu hingga jadi garam biar lauk hari-hariku punya rasa. ingin kuperas garam dari tubuhmu dengan sejuta matahari yang kupetik dari pohon-Nya saatnya kini aku mengerti garam dari tubuhmu sangat kurindu. padahal laut yang bergelora dari sela-sela hatimu mulai menepi, dan aku kembali ziarah ke dalam mimpi-mimpi besarmu yang belum juga seluruhnya rampung! ibu, aku ingin kembali ziarah ke dalam pangkuan lautmu. seperti perahu yang masuk ke galangan lantaran telah karat. sebab peradaban telah membuatku makin jauh dari lidah asin-manismu Madura, Juni 1996  bertahan utk keluarga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun