Mohon tunggu...
Isar Dasuki Tasim
Isar Dasuki Tasim Mohon Tunggu... Administrasi - Profil sudah sesuai dengan data.

Sebagai Guru SMA yang bertugas sejak tahun 1989 di Teluknaga Tangerang. "berbagi semoga bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pulang Kampung

30 Mei 2020   15:19 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Besar H. Tasim | Dok. pribadi

Setiap habis lebaran, kami sekeluarga di tambah dengan saudara lain mempersiapkan keberangkatan ke Kampung Halaman. Ada tiga mobil, kijang dengan isi muatan yang penuh, penuh dengan bawaan dan penuh juga dengan orang yang ikut pulang kampung. Namun tahun ini kami sekeluarga tidak bisa pulang kampung, Covid-19 yang melarang kami pulang kampung.

Namun masih ada cerita dari perjalanan pulang kampung, sehabis Ashar berangkatlah rombongan dari Tangerang menuju Merak, sekitar pukul 18.00 sudah merapat di Pelabuhan Merak. Bila penumpangnya kosong, rombongan bisa langsung menuju kapal. Agar tidak terpisah dari kapal berikutnya, di atur agar sejajar, karena pernah kami tidak satu kapal, akibatnya kami harus menunggu di luar pelabuhan, kurang lebih satu setengah jam.

Beberapa kali pulang kampung, masih teringat dalam ingatan kami bahwa pulang kampung bersama sangat menyenangkan. Lelahpun tidak dirasakan yang penting bisa pulang kampung. Perjalanan malam sangat melelahkan.

Setelah turun dari Pelabuhan Bakaueni lanjut menuju perjalanan Lintas Barat, menuju arah kota Agung. Sekitar jam 23.30 sampai di Pom Bensin dekat jalan Raden Inten, Kwarda Lampung. Istirahat beberapa jam, yang mau makan, makan dahulu, yang sholat, sholat bergantian. Bagi sopir yang membawa kendaraan di usahakan tidur terlebih dahulu karena perjalanan masih jauh.

Dari banyaknya pengalaman pulang kampung akhirnya kami punya tempat istirahat yang pas agar tidak mengganggu Pom Bensin. Biasanya istirahat di Pom Bensin, sekarang bisa istirahat di tempat yang pas yaitu Masjid Besar di ujung Kota Agung, masjid apa namanya kami lupa namun di situlah kami istirahat. Air di masjid itu sangat jernih dan dingin, sehingga bila mandi atau cuci muka hanya untuk berwudhu sangat menyegarkan.

Sehabis sholat subuh dengan udara yang masih segar, bergeraklah rombongan menuju arah Bengkulu. Dalam perjalan ini lah yang sangat mengesankan dimana jalannya berliku dan menanjak. Bila kurang lihai, mobil bisa mundur lagi karena sangat tinggi, kendaraan harus menggunakan gigi satu untuk bertahan sambil bergerak perlahan, Alhamdulillah perjalanan itu terlalui.

Berikutnya dalam perjalanan ke Bengkulu melalui dua hutan Nasional. Di dalam hutan nasional yang jalannya sempit kami harus hati-hati karena kadang-kadang ada segerombolan monyet yang berbaris di jalanan. Mungkin sekedar meminta makanan, namum kita tidak boleh sembarangan melemparkan makanan, bisa-bisa monyet itu menerkam kendaraan kita. Jalan yang berliku dengan pemandangan nan indah tidak membuat kami lelah, ingin segera sampai di kampung halaman. Bila dua hutan nasional sudah terlewati, kami merasa lega, karena selanjutnya hanya tinggal hati-hati untuk menuju kampung halaman walupun masih jauh.

Dari dua hutan Nasional itu kami harus melewati perkampungan, Kota Bintuhan, Kabupaten Kaur, masih tiga jam lagi menuju kampung halaman. Perlahan tapi pasti, dengan perjalanan yang hati-hati sampailah kami di kampung halaman sekitar Pukul 4 sore. Di sambut oleh beberapa saodara dan Alhamdulillah kami sampai, itung-itung piknik kata Almarhum Ibu ku. Kata-kata itu selalu terngiang bila pulang kampung.

Di kampung halaman hanya beberapa hari, tetapi terkesan beberapa bulan berada di kampung halaman. Dalam perencanaan pulang kampung sudah di perhitungkan, dua hari silaturahmi dengan saudara, satu hari melihat kebun sawit di Kemangseri, satu hari ke kampung nenek di Palasiring, kadang menghadiri undangan dari saudara lain. Pokoknya pulang kampung tidak pernah bosen, bikin kangen terus.

Disela-sela pulang kampung kami sekeluraga berdiskusi entah apa saja yang di bicarakan. Namun pembicaraan itu akan menjadi sebuah pedoman bagi keluarga yang lain, bila di resapi. Di kampung saat ini sudah berbeda dengan masa lalu, dahulu rasa kekeluargaan sangat erat, saling tolong menolong masih terus di lakukan, namun saat ini sudah berkurang, mungkin karena kebutuhan yang terasa sulit di era saat ini.

Mudah-mudahan kampung halaman tetap asri, tidak terpengaruh oleh pengaruh luar seperti pabrik, sungainya masih jernih. Sampai saat ini kami sudah berumur setengah abad masih teringat akan kampung halaman, walau lahir di Bandung tetapi kampung halaman harus selalu di kenang. Semoga di tahun depan kami masih bisa pulang kampung dan tidak terhalang oleh covid-19. Aamiin. (IDT).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun