Mohon tunggu...
Faisal Aji Setiawan
Faisal Aji Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca yang suka nulis

Seorang fresh graduate yang baru dapat kerja dan sedang dalam masa penyesuaian untuk hidup mandiri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kalau Bisa Bahagia Sekarang, Kenapa Harus Nanti?

9 November 2021   14:14 Diperbarui: 9 November 2021   15:33 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Fernando Brasil from Unsplash

Terkadang banyak orang berpikir hidup hanya untuk mengumpulkan uang, jabatan, relasi, dihormati, dan bahagia karena bisa mengikuti harapan masyarakat. Dalam meraihnya kerap sekali manusia rela mengorbankan segalanya; baik waktu, tenaga, hingga pikiran untuk mengejar apa yang diinginkan. 

Berlandaskan moto berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian, orang percaya bahwa hidup harus susah terlebih dahulu, menderita terlebih dahulu baru bisa sukses. Hal tersebut bisa benar, namun bisa juga salah. Tidak semua harus dirasakan susah, tertekan, ataupun penuh luka dalam mencapainya.

Sejatinya manusia diberikan perasaan dan pikiran yang saling melengkapi. Mereka akan merespon segala akumulasi keadaan, baik itu bahagia, sedih, tertekan, juga menderita. 

Dengan adanya kemampuan merasa dan berpikir, kita bisa mengubah hal yang terasa menyakitkan dan berdampak pada tekanan menuju stres, menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan, dengan lebih menikmati proses tentu akan lebih terasa ringan, dan mudah dalam meraih cita-cita. 

Bagi saya, merasa bahagia adalah hal yang luar biasa. Sebagai seorang manusia dengan rata-rata umur mencapai 79 tahun, tentu itu waktu yang sangat singkat. Sangat disayangkan jika dengan waktu sesingkat tersebut dihabiskan untuk merasa ketakutan, tekanan, menunggu datangnya masa bahagia, padahal kita bisa menciptakan kebahagiaan itu sekarang.

Terkait dengan definisi kebahagiaan di atas belum tentu dimaknai sama oleh semua orang, ada yang memaknai kebahagiaan dengan hidup damai dengan keluarga sederhana, ada yang memaknai hidup bahagia dengan selalu sibuk dan produktif, ada yang memaknai hidup adalah dengan memiliki keluarga yang sempurna, kisah cinta yang bahagia, persahabatan yang karib, karir yang cemerlang, berhasil menjadi pengusaha, dapat menekuni hobi, hidup sehat, dan dan masih banyak hal lain dari masing-masing perspektif. 

Oleh karena itu jangan pernah menganggap tertuntut untuk hidup bahagia, karena kita yang menentukan kebahagiaan itu.

Teruslah berjuang, karena hidup adalah bagaimana kita menikmatinya, bukan hanya untuk sesaat atau nanti, namun dimulai dari sekarang. Hilangkan prinsip perjuangan penderitaan sekarang akan berbuah kesuksesan nanti, itu salah karena dalam hidup akan selalu berjuang, dan berputar, entah hari ini bahagia, sedih, susah senang. 

Hidup akan selalu berjalan dan kita harus siap, bukan untuk mempersiapkan nanti untuk bahagia tapi dari sekarang kita harus merasakannya agar hidup lebih bermakna.

Buat kamu yang membaca ini masih merasa di bawah, ditahap merintis yang dipenuhi ketakutan, kekhawatiran, cemas, merasa sendiri, takut gagal, takut tidak bisa memenuhi ekspektasi dan gagal mewujudkan cita-cita. 

Tenang… kamu tidak sendiri. Aku dan jutaan orang lain juga merasakanya, dari mulai orang tua kita, kakak kita, kakek dan nenek kita juga merasakan di posisi itu, dan yah itu lah proses hidup. Kita harus selalu berusaha dan berusaha memberikan yang terbaik, dan ingat!! harus tetap mencoba bahagia di setiap hal, syukuri jalani, dan berikan yang terbaik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun