Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

999.999

26 Januari 2021   11:43 Diperbarui: 26 Januari 2021   12:06 2550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus Covid19 bagai gunung es (alifis@corner)

999.999 adalah angka desimal tertinggi dalam format 6 digit. Jika +1, kembali ke bilangan dasar 000.000 disertai kemunculan angka 1 di digit ke-7. Dan bilangan itu adalah 1.000.000. 

Semua orang pasti sepakat bahwa 1.000.000 > 999.999. No debat. Apalagi yang muncul sanggahan kreatif, "duit tidak akan disebut sejuta jika kurang 1 rupiah!" Iya, tapi selisihnya cukup kecil sekali khan. Hanya 1 dari sejuta. Tidak signifikan. Bisa dianggap "sama" sajalah. Itu disebut Sejutaan.

Tapi kalau ibu-ibu yang belanja di mall, pusat perbelanjaan, atau supermarket, 1 rupiah itu sangat signifikan. Itu harga psikologis. Jadi tidak usah ditanya mengapa harga diskon selalu berakhir dengan 999? Ini "EFEK DIGIT KIRI". Akhiran 999 ini, membawa perasaan harganya lebih murah. Anda, saya tidak melihat jutaan di situ, tapi ratusan ribu.

Melewati Angka Psikologis

Dalam sepekan kemarin, tim merah putih dan tim oranye 2 kali saling menyalip untuk bersaing mendekat ke angka 'psikologis' sejuta total kasus terkonfirmasi Covid. Negeri ini mencatat angka 999.256. Ini angka resmi Tim Gugus Pusat. 

Entah kenapa bisa berbeda dengan angka total dari Pemda-Pemda yang notabene bersentuhan langsung dengan warganya. Yang mata telinganya melihat dan mendengar langsung dari kejadian sesungguhnya. Bukan olahan dan bukan bisikan. Total kasus total pemda sudah menembus 1.000.000 kemarin. Tepatnya di 1.032.000.

Kawal COVID mencatat rata-rata harian (7 hari terakhir): - Spesimen: 63.298 - Orang yang diperiksa: 42.247 - Kasus positif: 11.749 (tingkat positivitas 27,81%). Tingkat positivitas keseluruhan: 16,98% (999.256 kasus / 5.883.540 orang yang diperiksa).

Ini persentase yang harusnya 'menakutkan'. Jauh membumbung dari standar WHO yang 5% itu. Tapi tidak ngaruh tuh.  Perilaku tida banyak berubah ada atau tidak ada pandemi. Terutama di kalangan muda. Kaum milenial dan yang dilahirkan dalam sorotan kamera, tidak ada kata takutnya. Apalagi pandemi membatasi kemudian membatasi ruang gera dan akses online-nya. Kabur tentu saja.

Meminjam istilah Prof Zubairi Djoerban masyarakat sudah terserang "pandemic fatigue". Orang bosan dengan pembatasan dan situasi makin runyam dengan sulitnya mendeteksi siapa 'silent spreaders' karena banyaknya kasus asimtomatik. 3M dan 3T tidak sinkron dan hangat-hangat tahi ayam. Pelaku 3M jengkel karena pemangku 3T tidak serius, tidak tegas. Pemangku 3T menuduh pelaku 3M tidak taat, tidak disiplin dan membangkang. 3M dan 3T menjadi hambar.

Gambar di awal tulisan, saya buat untuk menggambarkan keadaan di tanggal 16 Januari, 10 hari yang lalu. Saat ada 896.642 kasus terkonfirmasi, yang sesungguhnya di tengah masyarakat dipastikan lebih dari itu. OTG ada dimana-mana. Kalau kemudian data KawalCOVID menunjukkan dalam 7 hari terakhir tingkat positivitasnya mendekati 30%, justifikasi sungguh kuat. Perbanyak testing dan tracing. Itu bagian dari 3T. Imbangi dengan edukasi dan ketegasan dalam menerapkan 3M. Dehh, lagi-lagi omelin 3M dan 3T. Toh itu hanya sebutan perilaku, yang seharusnya nyata bukan slogan. Yo wis lah...

Bagaimana dengan Kota Kupang? Miniaturnya negeri ini. Ringan-ringan saja di langkah awal. Toh di sini berhawa panas. Virus dijemur di bawah terik akan musnah. Tapi itu sekedar asumsi. Karena begitu virus menyebar dan bersemayam dalam tubuh yang tampak sehat sehat tanpa gejala, maka ledakan tiba-tiba akan mengagetkan semuanya. 

Anak muda tanpa gejala membawa wabah ke dalam keluarga. Yang tua dan komorbid yang terkena. Tiba-tiba semua merasa perlu menjaga jarak, menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan. Begitulah kehidupan. Entah sampai kapan tanjakan kasus harian akan menurun, tidak ada lagi yang mau memberikan jaminan.

Kok jadi ngomel tulisan ini ya. Wah tidak baik untuk imun nih. Baiklah sepertinya lebih baik memberi makan ternak angsa dan bebek dulu. Itu lebih menyehatkan.

260120 11:41

alifis@corner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun