Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sedekah Itu Pembebasan

9 Mei 2020   01:20 Diperbarui: 9 Mei 2020   01:13 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedekah itu pembebasan. Yang tidak menuntut sebuah persyaratan, Sedekah itu tindakan. Bila terbersit sedekah, lakukan. Jangan ditunda. Jangan ditawar. Tidak ada yang menjamin dan memastikan nasib dan keadaan diri seseorang di kemudian hari. Keadaan bisa berubah dalam sekejab. Jadi saat ada niat sedekah, itu adalah peluang emas sebuah pembebasan diri. Pembebasan dari ketergantungan, keterikatan manusia terhadap dunia.

Dunia dan seisinya adalah anugerah sekaligus ujian bagi manusia. Kesenangan dan kesusahan menjadi bagian tak terpisahkan hidup manusia. Manusia yang cerdas. Manusia yang mampu menarik benang logika atas eksistensinya di dunia, dan kehidupan setelahnya. Harta benda menjadi tak bernilai secara substansi dari sebuah perbuatan sedekah. Dia hanyalah sarana pelengkap dari sebuah perbuatan sedekah. Jika tak ada tak akan membatalkan sebuah tindakan sedekah.

 "Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah" (HR. Al Bukhari 6539, Muslim 1016)

Sedekah atau Shadaqoh bermakna pemberian dari seorang Muslim kepada orang lain dengan selalu diniatkan semata karena mengharap ridho Allah SWT. Biarlah Allah yang membalas sedekah itu tanpa kita pertanyakan kapan, dimana, bagaimana Allah membalas amal itu. Itu domain Allah SWT. Jika sedekah memiliki niat apalagi tujuan selain ridho Allah, sia-sia saja.

Di era saat ini dimana secuil perbuatan baik kepada manusia lain justru dijadikan sarana pencitraan diri jelas menyimpang dari substansi perbuatan sedekah itu sendiri. Jangankan bingkisan sembako. Sebentuk senyum yang doberikan ke orang lain tetai tidak diniatkan untuk keridhoan Allah SWt, juga bukan sedekah. Orang lain mungkin secara objektif menangkap itu bernilai sedekah. Tapi dimata Allah, mungkin tidak.

Ketika kita bangga melihat foto kita sedang menyerahkan bingkisan yang kita nilai sebagai sedekah, terbersit di hati bahwa diri telah berbuat baik, itu sebuah kesia-siaan nilai ibadah. Hanya sebatas itu yang didapat. Bangga sesaat. Keren dimata manusia. Citra baik dihadapan manusia.

Bahkan pemahaman bahwa Allah akan mengganti harta yang disedekahkan dengan harta yang berlipat ganda, jangan dijadikan tujuan utama ketika hendak bersedekah. Karena kebanyakan dari manusia sering ragu kepada Allah SWT atau amal sedekahnya jadi tidak ikhlas jika balasan itu tak kunjung datang.

Jadi sedekah itu mudah secara implementasi tapi berat secara subtansial. Kemudahan sedekah dari yang paling ringan yang bisa diberikan yaitu senyum, perhatian tanpa harus kehilangan sesuatu. Apakah diri kita merasa kehilangan saati memberi senyum pada orang lain? Ketika memberi perhatian ringan dengan menyapa ramah? Bahkan dalam hadits dikatakan menggauli istri sendiri juga dikatakan sedekah. Betapa mudahnya bersedekah. Kalau hanya dengan senyum masih berat, betapa kikirnya diri kita. Jika hendak bersedekah senyum, senyumlah dengan tulus.

Yang seringkali jadi masalah adalah saat bersedekah harta. Karena bagi diri pribadi pemberi sedekah, tidak terikat lagi dengan tindakan sedekah. Berikanlah dengan tulus  sekaligus detik itu juga melupakan harta yang disedekahkan. Jika masih diingat-ingat dan keceplosan disiarkan, maka nilai keikhlasan menjadi hilang. Kesia-siaan. Bila sedekah disertai riya, misalnya, maka seketika itu pula akan menggugurkan pahala bersedekah. Laksana air yang menyapu bersih pasir di atas bebatuan.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." (QS al-Baqarah [2]: 264).

Belajar Bersedekah

Bagaimana dengan anjuran dan ajaran yang membolehkan dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan?

Dikembalikan lagi pada substansi sedekah atau secara umum perbuatan ibadah yang lain.Jika terang-terangan dengan maksud syiar, menjadi teladan niat yang baik. Tapi seketika diboncengi dengan kepentingan pribadi, terkait citra diri dimata orang lain, itu kembali menjadi kesia-siaan.

Secara logika, ketika kita bersedekah dengan masih dikotori niat selain ridho Allah, apapun itu berarti level kita masih belajar sedekah. Belum di level bersedekah. Hanya kita berdoa semoga belajar bersedekah juga mendapat point pahala daripada di bawa dalam level sedekah tapi sia-sia. Orang yang sudah sampai pada level keikhlasan tertinggi, sudah tidak terikat dengan segala macam materi duniawi. Seberapapun berlimpah harta yang disedekahkan, tidak diingat lagi. Secuilpun.

Orang-orang dilevel itulah yang bisa leluasa bersedekah secara terang-terangan. Karena tidak ada lagi yang dicari dan dicinta di dunia selain cinta pada Allah SWT. Artinya, jika kita masih memiliki cinta pada banyak hal terkait materi dunia, belumlah layak untuk bersedekah secara terang-terangan. Belajar bersedekah bolehlah...ayokk belajar, karena belajarpun bisa mendatangkan kebahagiaan.

Connecting Happiness

Apa implikasinya dengan 'connecting happiness'. Sedekah adalah berbagi, karena saat memberi sedekah ada yang diberi. Keikhlasan, ketulusan sedekah itulah menurut saya yang bisa dibaca oleh penerima sedekah. Kebahagiaan pemberi sedekah akan hadir saat menyerahan sedekah dengan diiringi keikhlasan. Kebahagiaan itu bagai medn magnet yang dengan segera bisa dirasakan oleh orang-orang disekitarnya. Senyum tulus dengan menatap penuh penghargaan akan melahirkan kebahagiaan baru dari orang yang diberi, diperhatikan.

Orang yang berbahagia saat sedekah tidak mengingat lagi kuantitas secara materi barang yang dsedekahkan, tetapi lebih tertarik pada interaksi kedekatan sosialnya dan respon yang dberi. Kebahagiaan spontan yang terpancar dari gestur dan sikap orang yang diberi sedekah, juga aan langsung bisa dirasakan oleh pemberi sedekah. Medan magnet kebahagiaan semakin kuat karena sinergi positif dari kedua belah pihak. Fenomena yang sama ketika orang lain yang menyaksikan turut tersenyum karena tersentuh. Senyumnya adalah ekspresi kebahagiaan.

Ajaran Islam tentang sedekah begitu indah. Tapi keindahannya sendiri harus dibarengi dengan niat tulus, bersih dan suci hanya berharap ridho Allah SWT tanpa dibarengi dan diboncengi niat yang lain. Keindahan dari sedekah berimplikasi pada menyebarnya kebahagiaan pada masyarakat yang lebih luas. Kesadaran sedekah yang membahagiakan akan semakin dinikmati oleh kalangan masyarakat yang secara ekonomi memiliki keterbatasan. Mereka juga akan tertular bahagia. Bahagia bukan saja karena ada sedikit rejeki berupa materi, Tetapi bahagia lebih karena perhatian dan kasih sayang dari sesama manusia.

Manusia yang tidak bersedekah adalah manusia yang kesepian. Walau harta berlimpah, jika tidak bersedekah, sia-sia hartanya karena tidak bercahaya dan bervibrasi, tidak berdampak pada orang-orang disekitarnya. Kebahagiaan itu masih tertutupi nafsu. Nafsu duniawi yang membelenggu. Jadi maknai sedekah sebagai pembebasan maka kita akan bahagia.

Jadi apakah saya sudah bersedekah? Insya Allah saya belajar lupa. Saya belajar mengingat rasa bahagia di hati timbul karena melihat orang lain bahagia. Bahagia kita membawa kebahagiaan bagi sesama jika kita berbagi rasa. Hanya itu urusannya. Dan hanya ini yang sanggup saya tuliskan tentang sedekah, Connecting Happiness, walau sudah terlambat hari.

Semoga kita semua berbahagia.

alifis@corner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun