Mohon tunggu...
Irwin Septian
Irwin Septian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Irwin Septian Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terkenal di Negeri Orang, Terpuruk di Negeri Sendiri : Sultan Hamid II, Seorang Pahlawan yang Tak Peduli Halangan dan Rintangan

16 September 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:22 7622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah menjadi hal lumrah bahwa penamaan jalan di Indonesia menggunakan nama pahlawan, tanaman, tokoh terkenal setempat, sungai. Begitu pula di Pontianak, dan Kab./Kota lain di Provinsi Kalimantan Barat. Sebut saja jalan Jendral Ahmad Yani, Jalan Gajah Mada, Jalan Sultan Abdurrachman, namun tahukah warga Kota Pontianak nama jalan yang menjadi penghubung antara Jembatan Tol Landak dan Jembatan Tol Kapuas I. Mungkin sebagian ada yang tahu dan sebagian tidak, dan adakah seseorang yang mengetahui pencipta lambang Negara kita yaitu Burung Garuda Pancasila yang menjadi lambang negara kebanggaan kita. Ya, Nama jalan sekaligus pencipta lambang negara kita tersebut adalah Sultan Hamid II, siapa dia ? pertanyaan yang cukup konyol apabila dilontarkan oleh masyarakat Kalimantan Barat, dan terlebih khusus lagi masyarakat Kota Pontianak. Mengapa ? dari namanya saja kita sudah tahu bahwa Sultan adalah pemimpin suatu kerajaan islam. Dan di kota pontianak sendiri terdapat peninggalan Kejayaan islam yang cukup dikenal yaitu Istana Kesultanan Kadriah Pontianak. dan sultan Hamid II sendiri adalah penerus kerajaan Islam di Keraton Pontianak pada Generasi ke 5

Sultan Hamid II adalah sesosok figur pemimpin, ayah, kakek, negarawan, dan tokoh yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalbar pada masa ia memimpin keraton Pontianak dan juga saat Indonesia baru-baru merdeka. Sebagai keturunan wangsa Syarif, Sultan Hamid II merupakan penerus kekuasaan raja terdahulu dan mewarisi tahta kerajaan dari ayahnya yang bergelar Sultan Hamid I. Sultan Hamid II sendiri adalah seorang militer yang sudah mencapai pangkat tertinggi sejak Indonesia merdeka saat itu. Sultan mengikuti pendidikan di Negara Belanda, dan sekembalinya Beliau ke Tanah Air, Beliau mengemban amanah penting yaitu sebagai Raja Kesultanan Pontianak danjuga menjadi promotor berdirinya Provinsi Kalimantan Barat, sebuah amanah penting yang cukup besar kala itu, dimana sebagai seorang militer beliau harus menjadi seorang sultan dan juga Negarawan, sebuah amanah yang beliau tidak pelajari ketika ia menjalani pendidikan militer di Negeri Kincir Angin. Karena pada saat Indonesia baru-baru merdeka, Presiden Soekarno selaku Presiden masa itu mempercayakan Sultan Sebagai Penasihat Presiden dan juga menjabat salah satu Menteri pada kabinet awal Soekarno. Sebagai orang kepercayaan Bapak Presiden Soekarno, beliau diminta untuk menjadi kreator dari lambang negara Indonesia. Bersama-sama dengan Bapak Soekarno dan Muhammad Yamin, beliau merancang lambang negara Indonesia. Ketika diadakan penjelasan mengenai lambang negara yang beliau buat, rancangan beliaulah yang banyak disetujui, Meskipun banyak pula yang menolak dengan alasan yang beraneka ragam. Disinilah Sultan Hamid II merasa tertantang untuk menyatukan beragam aspirasi mengenai lambang negara kita, dan setelah melalui perjalanan panjang dan banyak dilakukan perbaikan akhirnya disetujuilah Garuda Pancasila rancangan Sultan Hamid II yang diterima, sebuah kebanggaan yang luar biasa yang dapat dilakukan oleh masyarakat Kalbar, meskipun rancangan beliay banyak ditolak, beliau tetap bangkit melawan dengan memperhatikan aspirasi rekan-rekan disekelilingnya. Sungguh suatu yang membanggakan apabila kita mengetahui pembuat aslinya adalah masyarakat Asli Kalbar, namun akan sangat miris dan menyedihkan apabila masyarakat Kalbar yang sekarang tidak tahu dan tidak mengerti asal-usul pembentukan lambang negara mereka.

Indonesia baru merdeka kala itu dan masih harus berbenah dalam hal kelengkapan negara dan segala peraturan lainnya yang penting berkenaan dengan pendirian suatu negara termasuklah, pembentukan kabinet, pembagian daerah, pembentukan simbol, lambang, dasar, dan konstitusi negara, beberapa hal yang penting dibuat oleh suatu negara sebagai syarat secara deklaratif bahwa negara kita telah merdeka, merdeka dari segala bentuk penjajahan Jepang, Belanda dan Inggris. Namun, beberapa tahun setelah Indonesia merdeka nyatanya Indonesia masih dijajah belanda yang diboncengi oleh NICA dan berusaha menjajah Indonesia dengan mengubah bentuk negara Indonesia yang semula Kesatuan, menjadi berbentuk Serikat. Sebuah hal yang bukan menjadi impian rakyat Indonesia apabila Indonesia dipecah-pecah menjadi negara bagian boneka bentukan belanda yang tidak sesuai dengan amanah nenek moyang kita terdahulu untuk tetap menjadi satu kesatuan dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), saat itu beliau difitnah dan diduga menjadi “antek-antek” Belanda yang menjadi promotor pembentukan Republik Indonesia Serikat. Pada saat awal kemerdekaan indonesia merdeka, Indonesia dibagi menjadi delapan provinsi yang kemudian menjadi beberapa negara bagian boneka bentukan belanda, dan Kalimantan Barat sendiri akan dipecah menjadi negara baru yang memiliki otonomi khusus layaknya negara bagian pada negara berbentuk serikat. Disinilah tantangan Sultan Hamid II, banyak yang mengatakan beliau lah yang menjadi dalang yang menjadikan Kalimantan Barat sebagai negara sendiri. Namun banyak yang tidak mengetahui betapa besar pengorbanan beliau dalam memperjuangkan Kalimantan Barat menjadi daerah istimewa, sebuah perjuangan yang bukan tanpa alasan, mengingat luasnya wilayah Kalimantan Barat dan keistimewaan daerah Kalbar yang memiliki banyak kesultanan, sebut saja Kerajaan Pontianak, Mempawah, Sambas, Ngabang, Tayan, Sanggau, Semitau, Sintang dan tentu saja Kerajaan Tanjungpura yang cukup termahsyur. Kalimantan Barat patut sejajar dengan Daerah Aceh dan Yogyakarta yang mendapat daerah Istimewa dalam sistem pemerintahannya, hal inilah yang menjadi perjuangan Sultan Hamid II, tetapi maksud baik disangka buruk. Banyak yang mengira malah beliau berniat membentuk negara Kalimantan Barat sehingga lepas dari kerangka NKRI. Namun, belum sempat beliau memperjuangkannya beliau malah dikeluarkan dari kementrian pada masa itu dan ide pembentukan Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) kembali tenggelam gaungnya hingga sekarang

Perjuangan beliau patut kita contoh apalagi melihat semangatnya yang tetap gigih dan kukuh meskipun cemoohan dan penolakan atas ide dan tindakannya tetap ada saja didengar. Apalagi sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepantasnya kita menghargai jasa para pahlawan kita dengan mengingat sejarah kehidupannya dan meneruskan semangat perjuangannya agar menjadi manusia yang lebih baik.Nama Sultan Hamid II sudah seharusnya digaungkan kembali di telinga masyarakat Kalbar sebagai salah satu pahlawan kebanggaan Kalbar yang tidak hanya berjasa dalam memimpin Kesultanan Pontianak, tetapi juga membuat, merancang, dan menyempurnakan Lambang Negara Garuda Pancasila. Sudah saatnya pendidikan sejarah mengenai pahlawan daerah dan nasional dimasukkan dalam salah satu mata pelajaran Muatan Lokal atau membuat film dokumentasi mengenai tokoh pejuang daerah dan dapat diputar di Sekolah, Museum Kalbar, atau Bioskop agar generasi kita mengenal para pemimpinnya dan dapat mengerti bagaimana susahnya Indonesia merdeka pada umumnya dan Kalbar pada Khususnya, paling tidak ketika melihat plang jalan yang bernama pahlawan kita mereka tidak “buta kayu” dan bisa menjelaskannya.

Mari kita mengingat kembali semboyan dari Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno yang mengatakan Jas Merah yang merupakan singkatan Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah adalah bagian dari diri kita baik itu masa lalu, masa kini dan masa datang yang juga akan menjadi sejarah, sejarah dapat berakhir baik bila kita menjalaninya dengan penuh semangat. Begitu pula semangat Sultan Hamid II, harus tetap kita perjuangkan hingga kita mati.

Maju terus Indonesia ! Jayalah Selalu ! Semoga muncul Sultan Hamid II berikutnya dengan semangat bangkit melawan keterpurukan yang lebih berapi-api.

IDENTITAS PENULIS

Nama: Irwin Septian

Tempat/ Tanggal Lahir: Singkawang, 25 September 1992

Universitas: Universitas Tanjungpura / FKIP / Pendidikan Biologi

Alamat Universitas: Jalan Ahmad Yani

Alamat Rumah: Jalan Veteran No 13 RT/RW 034/004 Kelurahan Roban Kecamatan Singkawang Tengah Kota Singkawang 79112

Nomor HP : 085750057764

E-mail: irwin.septian@gmail.com

Facebook: www.facebook.com/irwin.septian

Twitter: @irwinseptian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun