Mohon tunggu...
Irwansyah Saputra
Irwansyah Saputra Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

Belajar itu harus, pintar itu bonus.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sains, Agama, dan Atheisme

26 Juni 2020   14:31 Diperbarui: 11 Juni 2021   12:39 7475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasilnya membuktikan ternyata kita memiliki dua jalur syaraf yang berbeda, dan sifatnya saling bertentangan (pantas saja kaum saintis yang atheis sering ribut dengan kaum agamawan). 

Otak pertama memiliki jaringan yang disebut dengan jaringan analitis yang digunakan untuk berpikir secara kritis. Otak yang lainnya memiliki jaringan yang disebut dengan jaringan empatik yang menjadikan otak kita bisa lebih berempati dan tertarik pada alasan yang sifatnya moralis. 

Menurut Jack, kedua fungsi otak tersebut saling eksklusif. Saat satu jaringan aktif, maka jaringan yang lain akan non aktif. Jack juga melanjutkan bahwa hal tersebutlah yang mungkin bisa menjelaskan persaingan antara agama dan sains. 

Bagaimana kita bisa mengetahui dominan otak kita? Caranya adalah dengan pengalaman terbanyak kita sebelumnya. Orang-orang yang sudah mempelajari agama sejak lama seperti di pesantren, maka jaringan empatiknya akan lebih kuat dibandingkan jaringan analitis. 

Baca juga: Mendagri, Atheisme, Komunisme, Leninisme dan Marxisme

Inilah kenapa orang-orang yang percaya terhadap agama tidak terlalu tertarik pada sains atau sesuatu yang coba dibuktikan secara empiris oleh para saintis. 

Tapi apa yang dipelajari oleh agamawan tersebut bukan berarti "meaningless" hanya karena tidak bisa dibuktikan secara empiris. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, baik sisi sains atau agama, keduanya adalah jalur valid untuk mendapatkan pengetahuan.

Hasil penelitian tersebut linear dengan apa yang sudah diucapkan oleh seorang filosof besar berkebangsaan Jerman, yaitu Immanuel Kant. Kant beranggapan bahwa ada dua jenis kebenaran yaitu kebenaran secara empiris dan kebenaran secara moral. Teori moral Kant disusun berdasarkan gagasan bahwa bertindak secara moral dan bertindak sesuai dengan akal adalah sama saja.

Penutup

Adanya konflik antar jaringan tersebut sudah terjadi di otak kita, namun bukan berarti kita dapat menyalahkan orang lain yang memiliki jaringan lebih dominan yang tidak sama dengan jaringan dominan kita. 

Saat satu jaringan aktif, maka yang lainnya akan non aktif, ini membuktikan setiap orang akan memiliki kecenderungan terhadap satu jaringan otak saja. 

Jadi akan muncul dua tipe manusia, yaitu orang yang bernalar secara empiris dengan segala sesuatunya dan tipe orang yang percaya terhadap hukum-hukum moral seperti agama (tanpa menanggalkan akal dalam memahaminya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun