Menurut beberapa referensi yang saya ketahui bahwa banyak sekali teori yang mengatakan terkait asal usul nenek moyang orang jawa asli, mengapa dapat menduduki tanah jawa bahkan dapat meluas di berbagai kawasan luar jawa yang berasal dari keturunan jawa
Posisi kita hanyalah sebagai salah satu menjadi anak cucu orang jawa, sebagai pewaris ajaran maupun kebiasaan yang berkembang sampai sekarang, namun dibalik kebiasaan itulah kita perlu menggali makna dan kebijaksanaan orang jawa dalam menjalani kehidupan, bahkan ajaran leluhur jawa yang memiliki makna filosofi yang mendalam
Tetapi disatu sisi kita bingung terhadap adat dan kebiasaan orang jawa dengan beragam yang berbeda-beda, tetapi belum ketemu pakem yang pasti terhadap kebiasaan dan adat jawa itu sendiri, sebab setiap wilayah mempunyai kebiasaan yang tidak sama
Namun saya sebagai orang penganut keyakinan islam berusaha mengambil nilai positif kebijaksanaan terhadap ajaran leluhur orang jawa kuno, sehingga dapat selaras terhadap ajaran islam
Jika kebiasaan orang dahulu yang tidak sesuai dengan ajaran agama termasuk islam dalam hal ini, maka perlu untuk di saring supaya mendapat kebijaksanaan terhadap ajaran leluhur jawa tanpa mengesampingkan ajaran islam, sehingga timbullah sebuah pertanyaan darimanakah ajaran leluhur jawa dan apakah leluhur jawa dahulu sudah mempunyai agama atau hanya mengenal tuhan sebagai jalan hidupnya ?
Perlu diketahui, bahwa leluhur jawa dahulu sebelum datangnya agama ditanah jawa, leluhur jawa dahulu sudah berproses berfilsafat terhadap eksisitensi tuhan dalam alam semesta ini, diterangkan pula dalam buku tentang babad alas tanah jawa, dimana leluhur jawa dulu juga berkontemplasi dan hidup berdampingan dengan alam
Perkembangan dan perubahan alam yang berubah-rubah itulah yang membuat orang jawa dulu bertanya-tanya pada alam sekitar, hingga bertanya-tanya siapakah pengendali dibalik alam semesta ini, dari pertanyaan itulah muncullah sebuah konsep tentang ketuhanan yang menciptakan dan mengendalikan alam semesta sehingga berjalan secara seimbang
Sehingga proses yang panjang dilalui oleh orang dahulu itulah menemukan hasil terhadap konsep ketuhanan, namun banyak juga orang gagal dan akhirnya tersesat tidak menemukan sebuah konsep ketuhanan yang benar-benar pada yang Dzat Maha Agung Sang penguasa alam semesta, meskipun orang dahulu menamai tuhan sebagai hyang Widhi, Hyang tunggal, Hyang Atman yang merupakan kesemua itu sudah ada dalam diri tuhan hanya saja orang dahulu menamainya berbeda dengan era sekarang
Lalu bagaimanakah cara orang dahulu dapat mengenal tuhan ? sedangkan tidak ada orang atau nabi di jawa yang memperkenalkan terhadap tuhan itu siapa, apakah tuhan itu benar ada ataukah hanya sebagai ilusi belaka, dan dalam pembahasan ini sebelum agama datang termasuk (Hindhu, Budha, Kristen, Islam)
Satu hal untuk menjawab pertanyaan tersebut bahwa proses filsafat tentang kebenaran tuhan perspektif orang dahulu tidak tertinggal bahwa manusia sebagai ciptaan tuhan diberikan sebuah bagian dari nilai dan cahaya tuhan yang diberikan kepada manusia
Manusia diberikan sebuah kelebihan yakni cahaya dalam diri yang sifatnya ruhani itulah sebagai jembatan orang dahulu sebagai pendekatan untuk sampai pada Dzat yang Maha Agung, sehingga amanah tuhan yang diberikan dalam diri manusia yang bersifat cahaya itulah yang mengantarkan dan membimbing manusia untuk bisa mengenal tuhan, atau bahasa orang dahulu adalah sang guru petunjuk
Lalu dengan cara apakah manusia dahulu dapat mengenal tuhan?
Ternyata orang dahulu cara mengenal tuhan dengan cara yang  sederhana adalah dengan membuat satu rumah sebagai untuk pemenungan diri pada hakikat kehidupan, yakni rumah tersebut sebagai tempat yang untuk berkomtemplasi diri, dengan berduduk bersila memohon agar tuhan memberikan petunjuk pada jalan yang benar dan tuntunan untuk sampai pada tuhan
Orang dahulu sangat yakin terhadap gelombamg signyal yang diberikan tuhan ,melalui ruhani manusia sebagai petunjuk bahwa ruhani manusia dapat menyambung pada tuhan yang Maha Kuasa, sehingga dalam kehidupan sehari-harinya selalu diiringi dengan lelaku bathin, memerangi hawa nafsu duniawi dijauhkan supaya dapat meraih apa yang dia kehendaki
Sehingga orang dahulu  dalam menjalani kehidupan sangat memegang teguh nilai keruhanian yang ada dalam dirinya, dan nilai kebaikan selalu di junjung diamalkan dalam kehidupan hingga terbentuklah sebuah kebiasaan yang dia anut, bahwa keyakinan yang ada dalam dirinya selalu mencerminkan nilai kebaikan dan dilakukan secara berkesinambungan hingga sampailah pada titik dimana para leluhur itu dapat mengenali dirinya sebagai mahluk tuhan dan ruhani itulah yang menjadi jembatannya mengenal tuhan (Kepercayaan Kapitayan)
Maka sangatlah logis ketika orang dahulu memakai cara yang sederhana dalam menemukan dan mengenal tuhan, namun dari sekian banyak orang dalam menempa diri dan mencari hakikat hidup diri sebagai mahkuk tuhan hanya beberapa oranglah yang diberikan petunjuk sehingga sampai padanya