Memasuki pertengahan 2025, pasar saham global tengah menghadapi tekanan besar akibat serangkaian faktor geopolitik dan makroekonomi. Dari jatuh temponya surat utang pemerintah AS hingga tekanan politik terhadap The Federal Reserve, investor dihadapkan pada situasi penuh ketidakpastian. Di Indonesia, tekanan ini ikut memicu volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), depresiasi nilai tukar rupiah, serta potensi arus modal keluar.
Bagi investor ritel, situasi ini bisa memunculkan kepanikan. Namun, dengan strategi yang tepat, volatilitas justru bisa menjadi momen untuk memperkuat posisi dan membangun portofolio yang lebih tahan banting.
Berikut beberapa pendekatan yang bisa dipertimbangkan:
1.  Perkuat di Sektor Defensif
Saat tekanan global meningkat, sektor-sektor seperti *consumer staples*, utilitas, dan telekomunikasi cenderung lebih stabil. Permintaan terhadap barang kebutuhan pokok tidak banyak terpengaruh gejolak ekonomi, sehingga saham-saham di sektor ini biasanya menunjukkan ketahanan yang relatif lebih baik. Investor ritel dapat mempertimbangkan alokasi sebagian portofolionya ke sektor ini untuk mengurangi fluktuasi tajam.
2. Â Bangun Likuiditas Portofolio
Salah satu kunci bertahan di tengah pasar yang volatil adalah fleksibilitas. Memiliki porsi kas yang cukup dalam portofolio memungkinkan investor untuk cepat merespons peluang saat harga saham jatuh terlalu dalam. Selain itu, menambah kepemilikan pada instrumen pasar uang atau obligasi jangka pendek dapat menjaga kestabilan nilai portofolio tanpa mengorbankan seluruh potensi imbal hasil.
3. Â Kurangi Eksposur Saham Berisiko Tinggi
Saham-saham berbasis pertumbuhan tinggi atau yang tergolong spekulatif sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga dan sentimen negatif pasar. Di tengah tekanan suku bunga tinggi dan ancaman perlambatan ekonomi, mengurangi bobot saham-saham jenis ini bisa menjadi langkah perlindungan. Bukan berarti harus menjual seluruhnya, namun menyesuaikan porsi sesuai profil risiko menjadi penting.
 4.  Jaga Perspektif Jangka Panjang
Volatilitas adalah bagian alami dari pasar saham. Daripada terjebak dalam ketakutan jangka pendek, investor perlu kembali melihat tujuan investasinya secara keseluruhan. Jika orientasi Anda adalah jangka panjang, koreksi pasar saat ini justru bisa menjadi peluang akumulasi, selama dilakukan secara bertahap dan dengan pemilihan saham yang berkualitas.
5. Â Disiplin dengan Strategi dan Emosi
Saat pasar penuh gejolak, tekanan emosional bisa menggoda untuk mengambil keputusan impulsif. Menetapkan batas kerugian (stop-loss), target keuntungan, serta tetap berpegang pada rencana investasi awal akan sangat membantu. Hindari mengejar saham karena *hype* sesaat atau berita yang belum terverifikasi.
Penutup
Volatilitas pasar, meski menantang, bukanlah akhir dari segalanya. Dengan strategi yang disiplin dan pemahaman yang baik terhadap dinamika global, investor ritel tetap memiliki ruang untuk tumbuh bahkan di tengah tekanan.
Jika hal ini benar-benar terjadi, Apakah Anda sudah memiliki strategi bertahan di tengah kondisi pasar seperti saat ini?