Ironis, ketika minat wisatawan menuju Belitung semakin banyak, akses ke sana masih sangat terbatas. Bermula dari film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel berjudul sama karya putra Belitung, Andrea Hirata, yang menghadirkan kemolekan pantai berbatu-batu besar, pariwisata Belitung meningkat pesat. Sayang sekali bandara di sana masih belum bisa didarati pesawat berbadan lebar sejenis Boeing 737 atau Airbus A320. Penerbangan ke Belitung baru tersedia dari Jakarta dan Pangkal Pinang.
Betapa tidak efisiennya warga Sumut, Riau atau Sumbar kalau mau ke Belitung harus berputar lewat Jakarta. Padahal kalo ada penerbangan langsung dari Medan atau Pekanbaru tentu jauh lebih pendek dan hemat. Konon, banyak turis Malaysia dan Singapura mengurungkan niat untuk berkunjung ke Belitung gara - gara harus lewat Jakarta sebagaimana ditulis Kompas hari ini. Belitung diperkirakan menjadi pulau berbasis wisata ketiga setelah Bali dan Lombok. Namun perlu upaya memperlebar landasan bandara dan menjadikannya sebagai bandara internasional seperti yang ada di dua pulau wisata tadi. Sebelum itu terwujud paling tidak buka dulu akses penerbangan dari Batam dan Bali sembari menggencarkan promosi di kedua tempat itu. Batam untuk menyasar turis Malaysia, Singapura dan warga Riau sendiri. Sedangkan Bali untuk menyasar turis Australia yang dominan di sana di samping warga lokal Bali dan Nusa Tenggara.