Gairah masyarakat membeli emas untuk tujuan investasi terlihat meningkat tajam, meskipun harga emas sudah semakin mahal. Bahkan, kenaikan harga emas dalam beberapa bulan terakhir ini sangat signifikan.
Ketidakpastian ekonomi, khususnya sejak Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) yang kebijakannya bertolak belakang dengan mekanisme pasar, membuat emas menjadi primadona investor.Â
Apalagi, di negara kita sekarang ini proses investasi emas sudah bisa dilakukan dengan cara yang lebih praktis, yaitu lewat kanal digital.Â
Selain itu, sejumlah bank dan perusahaan pegadaian juga gencar berpromosi produk "tabungan emas". Â Jadi, membeli emas dari toko emas bukan lagi satu-satunya pilihan.
Namun, bagi mereka yang berinvestasi emas karena faktor ikut-ikutan, jangan salah, karena terlepas dari banyaknya keuntungan investasi emas, ada beberapa risiko yang perlu diantisipasi.
Hal yang menjadi kelemahan investasi emas, sangat perlu diperhatikan. Bagaimanapun juga, diversifikasi dalam investasi sangat disarankan, jangan hanya menggantungkan pada emas semata-mata.
Berikut adalah 7 hal, katakanlah semacam risiko yang perlu diperhatikan sebelum berinvestasi emas.
Pertama, emas tak bisa menghasilkan pendapatan pasif, seperti produk deposito di bank atau surat berharga yang dijual di bursa efek.
Seperti diketahui, deposito akan menghasilkan bunga atau imbal hasil dalam sistem syariah. Surat berharga negara memiliki kupon atau imbal hasil. Sedangkan surat berharga berupa saham bisa memberikan dividen (pembagian laba).Â
Sementara itu emas tidak bisa memberikan Anda sebuah pendapatan berupa cash secara periodik seperti beberapa contoh instrumen keuangan di atas.
Bahkan ada yang menyebut emas bukan investasi, tetapi instrumen yang digunakan untuk melindungi nilai aset. Artinya, dalam jangka panjang nilainya tidak tergerus karena inflasi, malah akan meningkat.