PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia, sahamnya diberi kode BBRI) baru saja mempublikasikan kinerja keuangan tahunannya untuk periode tahun 2024.
BRI berhasil mempertahankan statusnya sebagai bank dengan perolehan laba terbesar di Indonesia. BRI membukukan laba bersih secara konsolidasian sebesar Rp 60,64 triliun sepanjang tahun 2024.Â
Angka tersebut lebih tinggi ketimbang 2 pesaing utamanya, yakni Bank Mandiri (BMRI) dengan perolehan laba Rp 55 triliun pada periode 2024 dan Bank Central Asia (BBCA) dengan laba sebesar Rp 54 triliun pada periode yang sama.
Capaian tersebut menunjukkan kinerja perseroan yang tetap resilience di tengah gejolak kondisi perekonomian global dan pertumbuhan ekonomi.
Direktur Utama BRI Sunarso, menjelaskan total aset BRI hingga akhir Desember 2024 mencapai Rp 1.992,98 triliun atau tumbuh 1,42% secara tahunan (year-on-year).Â
Pertumbuhan ini didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas dengan tetap berfokus pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM).
Sayangnya, kinerja keuangan yang baik tersebut, refleksi dari faktor fundamental yang kokoh, tidak membuat harga BBRI meningkat. Pada penutupan bursa Jumat (14/2/2025), BBRI dihargai Rp 3.860 per lembar.
Padahal, pada Maret tahun lalu BBRI pernah dihargai Rp 6.450 per lembar. Namun, setelah itu harga BBRI cenderung menurun, bahkan hingga sekarang.
Demikian pula untuk BBCA dan BMRI, harganya saat ini masih jauh di bawah harga rekor tertingginya, meskipun penurunannya tidak separah yang dialami BBRI.
Tentu, melihat harga yang rendah tersebut, direksi perusahaan agak terganggu. Bagaimanapun, harga saham menjadi salah satu indikator penting, yang bisa jadi cerminan kesuksesan direksi.