Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Anak dan Tak Punya Anak, Sama Ekstrimnya Secara Makro

13 Februari 2023   05:21 Diperbarui: 13 Februari 2023   06:51 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga banyak anak |dok. Shutterstock, dimuat okezone.com

Child free atau pilihan sukarela pasangan suami istri (pasutri) untuk tidak mempunyai anak, sekarang lagi ramai dibicarakan, terutama di media sosial.

Sebetulnya, istilah child free tersebut sudah dikenal sejak lama. Sekarang menjadi hangat lagi gara-gara komentar seorang influencer Gita Savitri yang kontroversial.

Gita menyatakan di media sosial bahwa punya anak adalah beban, sehingga ia dengan sengaja memilih untuk tidak punya anak.

Nah, alasan anak sebagai beban dan juga alasan child free agar awet muda, telah menuai pro dan kontra dari pengguna media sosial.

Secara pribadi saya berpendapat bahwa mempunyai anak menjadi salah satu kebahagiaan yang tak ternilai harganya bagi pasutri. 

Saya telah membuktikan dengan 3 anak yang saya punyai. Padahal, waktu belum menikah saya bukan penyuka anak-anak.

Jika saya melihat anak kecil yang menangis meraung-raung di tempat publik, dulunya saya akan merasa terganggu.

Tapi, setelah punya bayi, saya dengan senang hati membersihkan kotorannya, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan kepada para keponakan saya sewaktu mereka kecil.

Melihat perkembangan anak dari hari ke hari, merupakan sensasi tersendiri. Perkembangan kemampuannya menggerakkan badan dan kemampuannya berbicara, sangat menarik diamati.

Bahkan, sekarang saya punya seorang cucu berusia 1 tahun. Benar kata orang, sayang kepada cucu bisa saja melebihi sayang kepada anak. Nah, bagaimana mau punya cucu, jika anak saja tidak punya. 

Bila pasutri tak punya anak karena memang sudah ditakdirkan begitu, padahal mereka sudah berusaha semaksimal mungkin, tentu bisa dimaklumi. Ini sangat berbeda dengan penganut child free.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun