Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Balas Dendam yang Manis, Air Tuba Dibalas Air Susu

9 Agustus 2022   07:10 Diperbarui: 9 Agustus 2022   07:13 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi balas dendam|dok. satupersen.net

Ringkas cerita, di rumah kakek saya itu, saat saya kecil di tahun 60-an hingga 70-an, ada 3 keluarga yang tinggal, termasuk keluarga ayah saya yang mendiami bagian samping rumah (semacam paviliun sangat sederhana).

Sedangkan 2 keluarga lagi adalah adik-adik perempuan ayah saya yang masing-masing mendiami kamar tersendiri di rumah utama.

Karena ekonomi keluarga kami yang termasuk pas-pasan, ibu saya berinisiatif membuka warung kecil di pojok rumah, menjual rokok, makanan kecil, minyak tanah, kayu bakar, dan sebagainya.

Masalahnya, salah satu keluarga adik ayah itu cukup sering menyindir kami. Mereka (saudara sepupu saya) menyebut kami sebagai menumpang di rumah tersebut.

Sepertinya, mereka ingin menguasai warung yang mulai semakin ramai pelanggannya setelah kakak lelaki saya lebih fokus mengurus.

Saya dan kakak-kakak saya merasa sedih sekali, merasa sakit hati setiap kali sepupu tersebut menyindir kami sebagai orang yang hidup menumpang.

Ibu saya menyuruh bersabar saja dan kami sama sekali tidak meladeni sindiran tersebut, meskipun dalam hati saya sangat terpukul.

Kakak lelaki saya juga terlihat sekali mentalnya down, karena jadi tindak nyaman bila saat menjaga warung, ada sepupu saya yang mengintimidasi.

Tapi, semua tentu ada hikmahnya. Saya tidak mau berdebat soal warisan, karena kalau mengacu pada hukum Islam, sebetulnya hak ayah saya sebagai anak lelaki justru lebih besar dari saudaranya yang wanita.

Tekad saya bulat sudah, begitu saya tamat kuliah dan mendapat pekerjaan, segera berembuk dengan kakak-kakak lain yang sudah bekerja.

Membeli sebidang tanah untuk membangun rumah bagi ayah saya (ketika itu ibu sudah meninggal), termasuk membangun warung harian di bagian depannya untuk kakak, berhasil kami wujudkan, di lokasi 2 km dari tempat yang lama arah ke Bukittinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun