Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Dalam Perjalanan Mudik, Tetap Puasa atau Tidak?

29 April 2022   06:39 Diperbarui: 29 April 2022   06:44 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mudik|dok. Antara Foto/Galih Pradipta/aww, dimuat antaranews.com

Perjalanan mudik 2022 pada hari ini (Jumat, 29/4/2022) diperkirakan mencapai puncak arus mudik. Memang, pada hari-hari sebelumnya sudah banyak pemudik yang telah melakukan perjalanan terlebih dahulu.

Tapi, karena cuti bersama dalam rangka lebaran tahun ini, untuk orang kantoran baru dimulai Jumat ini, makanya kepadatan lalu lintas akan bertambah padat ketimbang hari sebelumnya.

Mudik lebaran sudah menjadi tardisi di negara kita. Namun, karena pandemi, pada 2020 dan 2021 lalu, relatif sedikit masyarakat yang melakukan mudik lebaran.

Mengingat pandemi sudah relatif terkendali dan pemerintah sudah melonggarkan berbagai ketentuan pembatasan sosial, maka lebaran tahun ini menjadi lebaran yang padat dengan kegiatan mudik.

Karena saat dalam perjalanan mudik masih dalam bulan puasa, menjadi pertanyaan bagi sebagian orang, apakah sebaiknya seorang pemudik tetap berpuasa atau tidak?

Memang, dengan status sebagai musafir, boleh saja para pemudik membatalkan puasanya. Bisa saja dalam kondisi panas terik dan jalanan macet parah, meneruskan puasa malah berdampak negatif pada kondisi tubuh yang membutuhkan energi.

Dengan catatan, nanti setelah lebaran, jumlah hari puasa yang dibatalkan tersebut akan diganti pada hari lain. Demikianlah ketentuannya dalam ajaran Islam.

Namun demikian, mengingat bagi sebagian orang tidak gampang untuk berpuasa di luar bulan Ramadan, maka sebaiknya tidak mudah membatalkan puasa dalam perjalanan mudik.

Ketika betul-betul sudah tidak memungkinkan untuk puasa (bukan karena diniatkan dari awal), barulah puasa terpaksa dibatalkan.

Jauh dekatnya mudik dan parah tidaknya kemacetan lalu lintas menjadi faktor penentu. Moda transportasi pun ikut menentukan. Naik kapal laut menempuh gelombang tinggi bisa membuat perut mual dan berat untuk meneruskan puasa.

Demikian juga kondisi tubuh si pemudik, apakah lagi fit atau tidak. Bagi orang sakit, meskipun bukan musafir, dibolehkan tidak berpuasa. Tentu, setelah sembuh nantinya, di luar bulan Ramadan akan mengganti jumlah puasa yang ditinggalkan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun