Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Paradoks Warga Kota: Heboh Harga Naik, tapi Swalayan Tetap Diserbu

4 April 2022   09:53 Diperbarui: 4 April 2022   10:03 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi supermarket yang penuh pelanggan|dok. posbekasi.com/HSB

Sungguh saya salah duga. Saya mengira pada hari pertama puasa (versi pemerintah), orang-orang akan malas bepergian keluar rumah. Apalagi, hari pertama puasa tersebut bertepatan dengan hari Minggu.

Awalnya dugaan saya tidak keliru karena melihat sepinya jalanan, sewaktu saya berangkat dari rumah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, sekitar pukul 10.15 menuju pasar swalayanan langganan saya di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Namun, begitu sekitar 300 meter dari gerbang pasar swalayan yang dituju, tiba-tiba jalanan macet. Dan hampir semua kendaraan ternyata menuju pasar swalayan tersebut.

Begitu berhasil masuk area pasar swalayan, perjuangan mencari tempat parkir pun bukan perkara gampang. Saya butuh waktu 15 menit untuk menggantikan tempat kendaraan yang mau keluar.

Kemudian, saya dan istri melangkah masuk ke pasar swalayan. Tapi, pada kemana troli barang yang biasanya tersusun rapi di pintu masuk?

Saya tanya ke petugas, rupanya toli sudah habis. Saya lirik ke dalam, kaget lah saya melihat menumpuknya orang yang berbelanja.

Setiap mereka yang keluar swalayan dengan membawa barang dalam troli, diikuti oleh mereka yang akan masuk, agar trolinya bisa berpindah tangan.

Saya pun ikut berburu troli dengan celingak-celinguk dulu mencari pelanggan yang sudah kelar berbelanja dan menggiring troli ke kendaraannya.

Baru 15 menit setelah itu saya berhasil mendapatkan troli. Heran, betapa berharganya sebuah troli, padahal biasanya saya malah bebas memilih-milih troli yang lebih nyaman didorong .

Saya berpikir, ini sebuah paradoks, heboh-heboh soal harga barang pada naik, ternyata tidak menyurutkan hasrat berbelanja banyak orang. 

Justru di bulan puasa, bulan yang seharusnya bisa menurunkan tingkat konsumsi masyarakat, malah seperti menjadi momen yang tepat untuk berburu barang. Terlebih lagi bila sudah mendekati lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun