Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Kurikulum Merdeka, Anak Kutu Buku Tak Lagi Jadi Kebanggaan?

18 Februari 2022   10:44 Diperbarui: 18 Februari 2022   10:46 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasu siswa SMA sedang belajar|dok. Shutterstock/Tiwuk Suwantini, dimuat Kompas.com

Sedangkan anak kutu buku yang terkesan kuper (kurang pergaulan) akan kewalahan dalam memenuhi target, kecuali kalau mereka bekerja di bidang penelitian.

Jelaslah, citra anak pintar dan anak bandel bisa menyesatkan. Hal ini diharapkan tidak akan berlanjut bila sekolah-sekolah mulai menerapkan Kurikulum Merdeka. 

Kita berharap banyak bahwa kurikulum ini menjadi jawaban dalam membentuk para remaja dan generasi muda yang lebih kompatibel dengan dunia kerja yang akan digelutinya di kemudian hari.

Harapan itu tidak berlebihan, mengingat seperti yang diberitakan Kompas.id (17/2/2022), kurikulum merdeka tersebut punya tiga keunggulan, yakni:

Pertama, lebih sederhana dan mendalam. Maksudnya fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi. Belajar lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan.

Kedua, lebih merdeka karena tidak ada program peminatan (siswa memilih pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya). Guru mengajar sesuai tahapan pencapaian dan perkembangan peserta didik.

Sedangkan sekolah memiliki wewenang mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

Ketiga, lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan dan kesehatan.

Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

Bisa ditafsirkan bahwa sistem peringkat siswa dalam satu kelas tidak lagi relevan, karena masing-masing punya minat dan kelebihan yang berbeda.

Dengan demikian, apakah pelajar yang kutu buku dan kuper bukan lagi hal yang membanggakan? Toh, semuanya akan jadi anak pintar sesuai pilihannya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun