Ketika Joko Widodo atau yang lebih populer dengan nama Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo, boleh jadi tidak ada yang memperkirakan suatu saat beliau akan menjadi Presiden RI.
Bahkan, mungkin ketika itu Jokowi sendiri tidak bermimpi jadi orang nomor satu di negara kita tercinta ini.
Begitulah, ternyata politik itu sangat dinamis. Setelah "singgah" sebentar sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi pun menjadi presiden selama 2 periode.
Kekuatan Jokowi pada awalnya adalah karena seringnya blusukan, berdialog langsung dengan berbagai elemen masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
Belakangan, kelincahan tim sukses beliau dalam berkomunikasi melalui media sosial juga menjadi kekuatan tersendiri.
Untuk media sosial, sekarang memang hal yang cukup menentukan, mengingat secara demografi, pemilih usia muda yang identik dengan kaum rebahan sambil bermedia sosial, juga banyak jumlahnya.
Sedangkan untuk blusukan, boleh dikatakan sudah menjadi trademark-nya Jokowi yang tidak gampang ditiru, karena berkaitan dengan karakter individu.
Blusukan tersebut terkesan natural, bukan mengejar pencitraan. Dialog dengan warga berlangsung spontan tanpa banyak basa-basi.
Padahal, kalau melihat pada penampilan dan juga kemampuan berpidato, rasanya banyak politisi lain yang lebih unggul ketimbang Jokowi.
Justu kesederhanaan Jokowi akhirnya menjadi modal besar kesuksesannya dalam mengantar beliau menjadi RI-1.
Kalau saja ketentuan masa jabatan presiden diubah dengan membolehkan menjabat selama 3 periode, bukan mustahil Jokowi akan terpilih lagi pada pilpres 2024.