Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dilema Rangkap Tugas: Ingin Unjuk Gigi atau Cari Aman?

13 Agustus 2021   18:00 Diperbarui: 13 Agustus 2021   18:00 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Shutterstock, via tirto.id

Bagi orang kantoran tentu sudah paham apa yang disebut dengan job description. Lebih kurang artinya adalah daftar uraian tugas seorang karyawan sesuai dengan posisi atau jabatan yang ditempatinya.

Jika selain itu ada yang dikerjakan karena ditugasi oleh atasannya, maka ini boleh dikatakan sebagai rangkap tugas.

Tapi, ada juga perusahaan yang dengan cerdik menyusun job description yang sangat mengambang, sehingga karyawan tidak mungkin menolak tugas dengan dalih tugas itu bukan pekerjaannya.

Caranya adalah dengan menambahkan satu tugas yang bersifat "sapu bersih" pada daftar uraian tugas seorang karyawan. 

Misalnya, tugas si A berjumlah 14 butir. Nah, pada butir ke 14 yang menjadi tugas pamungkas itu tercantum seperti ini: "mengerjakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan".

Bagaimana menafsirkan "tugas lainnya"? Tentu berarti tugas apapun juga selain yang ada pada 13 butir tugas sebelumnya. Maka, dalam hal ini, clear kalau tidak ada rangkap tugas.

Namun, siapapun akan merasakan sendiri, kalau ketiban suatu tugas yang berbeda dengan tugas rutin. Apalagi, bila selama ini tugas tertentu dikerjakan oleh si B, tapi karena bos tak puas, dilimpahkan ke si A.

Terhadap hal seperti itu, wajar kalau disebut sebagai rangkap tugas. Apa boleh buat, kalau masih belum berani untuk resign, ya rangkap tugas harus diterima.

Tinggal masalahnya, mau dikerjakan sambil ngedumel, cemberut dan bersungut-sungut, atau dilakukan secara ikhlas, meskipun dengan konsekuensi bekerja lembur.

Sikap ngedumel sebetulnya tidak perlu dipelihara. Jika rasanya tugas tambahan itu terlalu berat, bilang baik-baik dengan atasan, apa alasan keberatannya.

Tentu ada risikonya mengajukan keberatan seperti itu. Bisa jadi atasan akan berkurang kepercayaannya atau menilai daya juang karyawan yang ditugasi termasuk rendah.

Tapi, akan lebih baik bila si karyawan ikhlas menerima rangkap tugas. Soalnya, secara implisit hal itu berarti atasan memberi kesempatan dan pengalaman yang lebih luas yang nantinya bisa jadi bahan pertimbangan untuk dipromosikan.

Yang penting, coba dulu mengerjakannya. Bila masih kepegang, meski sedikit pontang panting, pasti ada hikmah yang positif di balik itu.

Selain itu, memang ada rangkap tugas yang lebih terang-terangan, misalnya tugas tersebut diputuskan dengan terbitnya surat keputusan (SK) direksi.

Tapi, cara seperti ini biasanya bukan untuk karyawan biasa, namun untuk level pejabat. Misalnya, kepala bagian tertentu lagi kosong, contohnya pejabatnya baru pensiun, tapi penggantinya belum diputuskan.

Nah, bisa saja bagian yang kosong untuk sementara dirangkap oleh kepala bagian lainnya yang masih satu divisi. Biasanya, kalau sudah level pejabat, tak lagi ada kemauan untuk menolak rangkap tugas. 

Semua itu akan dilihat sebagai kesempatan menambah ilmu, menambah pengalaman, serta saatnya unjuk gigi dalam kemampuan. Ujung-ujungnya akan ada reward, mungkin berupa kenaikan gaji, bonus atau sekalian dapat promosi jabatan.

Rangkap tugas hal yang lumrah bagi mereka yang kinerjanya bagus. Sepertinya memang tidak adil, orang yang kinerjanya bagus, akan ditambah lagi tugasnya dengan rangkap tugas.

Tapi, yang kinerjanya biasa-biasa saja, katakanlah sebagai kelompok medioker, tugasnya tidak ditambah, sehingga bisa pulang teng go (tepat waktu, tidak perlu lembur).

Pilihannya ada pada masing-masing karyawan. Mau jadi segelintir orang yang menonjol yang karirnya diperkirakan bakal melesat atau mau cari aman dengan karir yang pas-pasan. Semua ada plus minusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun