Namun demikian, saya dan juga anak-anak tetap rutin berolahraga, minimal gerak badan selama 30 menit hampir setiap hari, dengan tujuan mendapatkan tubuh yang sehat.
Sudah garis tangan kalau dari keluarga saya tidak ada yang jadi atlet. Tapi, sebagai warga yang sangat mencintai Indonesia, saya sering berdoa agar anak-anak dan remaja di negara kita, banyak yang tertarik dan mau dilatih untuk jadi atlet.
Bagaimanapun juga, prestasi di bidang olahraga, akan mendongkrak citra positif Indonesia di pentas dunia. Seperti sekarang, keberhasilan atlet Indonesia meraih 1 medali emas, 1 perak dan 3 perunggu di Olimpiade Tokyo 2020, sungguh membanggakan.
Untuk keberhasilan di masa depan, tak ada jalan lain, regenerasi atlet mutlak diperlukan tanpa terputus. Makanya, sangat penting menumbuhkan minat anak-anak untuk jadi atlet.
Akan lebih baik lagi bila para remaja tidak hanya menggeluti olahraga populer seperti sepak bola, bulutangkis, atau bola basket saja. Tapi, merata ke semua cabang olahraga yang dipertandingkan atau diperlombakan di Olimpiade, Asian Games, atau SEA Games.
Diakui atau tidak, sebetulnya, prestasi Indonesia mengalami penurunan dibandingkan era 1970-an hingga 1990-an. Ketika itu, Indonesia sering berturut-turut menjadi juara umum SEA Games.
Sejak era reformasi, Indonesia hanya keluar sebagai juara umum SEA Games bila Indonesia menjadi tuan rumah. Hal ini karena menurunnya prestasi di cabang yang memperebutkan banyak medali seperti atletik dan renang.
Untuk mengembalikan posisi Indonesia sebagai raksasa olahraga Asia Tenggara, para remaja perlu ditumbuhkan minatnya untuk jadi atlet atletik , renang, panahan, menembak, anggar, tinju, gulat, judo, karate, pencak silat, dayung, panjat tebing, dan sebagainya.
Tentu, untuk olahraga populer juga terus dikembangkan melalui berbagai sekolah sepak bola, atau hal sejenis di cabang bulutangkis bola basket, bola voli, tenis, tenis meja, dan sebagainya.
Terlepas dari semua itu, perlu perhatian khusus untuk anak-anak. Jangan sampai mereka kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya membahagiakan mereka.
Jika mereka berbakat dan ingin berlatih keras, mari kita fasilitasi. Tapi, jika yang lebih berambisi itu orang tuanya sendiri, jangan memaksakan metode latihan yang terlalu berat, sehingga sangat melelahkan secara fisik dan mentalnya tertekan.