Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama FEATURED

Salam Tempel Lebaran, Sebaiknya Sama Rata Sama Rasa

12 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 3 Mei 2022   06:45 1977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salam tempel (Sumber: shutterstock via kompas.com)

Kata orang, anak-anak lebih jujur dari orang dewasa. Kejujuran tersebut termasuk dalam menilai siapa om dan tantenya yang pemurah dan siapa yang pelit.

Apalagi dalam suasana lebaran, kejujuran anak-anak antara lain terlihat saat anggota keluarga yang sudah bekerja atau sudah berkeluarga memberikan salam tempel bagi anak-anak yang ada dalam lingkungan sebuah keluarga besar.

Kalau tidak percaya, coba saja diam-diam mendengar pembicaraan antar anak-anak setelah menerima salam tempel. Mereka akan kritis terhadap om yang bergaya parlente tapi tidak memberi salam tempel, atau memberi dalam jumlah yang kecil.

Budaya salam tempel sebetulnya baik-baik saja, mengajak anak-anak bergembira merayakan hari lebaran, sambil memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan.

Namun, di sisi lain, ada dampak negatif yang perlu dihindarkan, jangan sampai mendidik anak-anak menjadi mata duitan. Lebih parah lagi bila orangtua memperalat anaknya, umpamanya dengan mengatakan, "salim sama om itu, ntar om bagi-bagi duit".

Waktu saya kecil dulu, orangtua saya mewanti-wanti anak-anaknya untuk tidak meminta salam tempel. Bahkan, saat diberi uang pun, saya dan juga kakak-adik akan malu-malu untuk menerima, meskipun akhirnya mengambil juga.

Pengalaman saya, antar adik-kakak biasanya hasil salam tempelnya sama. Tapi, dengan saudara sepupu, hasilnya bisa berbeda, dan kami beradik kakak biasanya kalah dengan sepupu.

Setelah saya pikir-pikir, kekalahan itu karena saya beradik kakak berjumlah 7 orang. Sementara sepupu-sepupu saya yang rumahnya berdekatan, ada yang anak tunggal dan ada yang 3 orang bersaudara.

Nah, adapun om-om saya punya metode salam tempel yang berbeda-beda. Ada yang membagi rata ke semua keponakannya, atau saya mengistilahkannya dengan "sama rata sama rasa".

Ada pula yang mengalokasikan uang per keluarga. Maka, keluarga yang anak tunggal praktis dapat uang besar, sedangkan keluarga dengan 7 anak seperti saya, uangnya dibagi 7.

Tak masalah bagi saya karena tak mungkin juga saya melakukan protes ke ayah saya kenapa sampai punya anak 7 orang. Tapi, misalkan antar saya beradik kakak berbeda-beda jumlahnya, bisa jadi menimbulkan kecemburuan antar saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun