Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

4 Ruang Diskusi di Ranah Minang, Dari Surau hingga Dangau

4 Mei 2021   17:29 Diperbarui: 5 Mei 2021   04:02 3465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surau| Sumber: KompasTV

Ketiga, dangau, yakni semacam tempat berteduh di ladang atau sawah. 

Dangau yang agak besar juga menjadi tempat memyimpan perkakas pertanian dan bahkan menjadi tempat tidur bila lagi menunggui ladang saat panen.

Di dangau pula terjadi diskusi antar petani membahas masalah seputar pertanian, meskipun bisa melebar ke soal lainnya. Intinya, para petani pun terbiasa berdiskusi dalam rangka mencari solusi atas masalah yang meraka hadapi.

Dulu, bagi warga desa yang tidak pergi merantau, sudah bisa dipastikan bahwa mereka adalah petani yang tekun. Namun, sekarang banyak anak muda yang kurang tertarik dengan pertanian. Jadi, diskusi di dangau sudah sangat jarang dilakukan.

Keempat, Rumah Gadang tempat diskusi soal adat dan kebudayaan. 

Kemampuan seseorang menyampaikan pepatah petitih Minang yang bernilai sastra tinggi, diasah di rumah gadang dan diturunkan langsung oleh ninik mamak yang menguasai seluk beluk adat Minangkabau.

Masalahnya, perhatian anak muda Minang akhir-akhir ini terhadap pelestarian adat sudah semakin berkurang. Lagipula, warga yang mendiami rumah gadang makin sedikit, seiring dengan gencarnya masing-masing keluarga membangun rumah pribadi.

Pembangunan rumah gadang bercorak modern untuk perkantoran masih berjalan, tapi hanya sekadar ornamen pada arsitekturnya. Namun, rumah gadang yang dibangun oleh suatu keluarga besar atas nama suku (marga) tertentu di sebuah desa, sudah semakin langka

Kesimpulannya, seperti telah disinggung di atas, sekarang, fungsi surau, lapau, dangau, dan rumah gadang sebagai tempat berdiskusi sudah jauh menurun. Untuk membangkitkan kembali, bukan perkara gampang, namun bukan suatu hal yang mustahil.

Paling tidak, dunia pendidikan di Sumbar, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama perlu lebih aktif lagi mengasah kemampuan berdiskusi anak didiknya. 

Peranan guru, ulama, pemuka adat, serta tentu juga pemerintah daerah akan sangat menentukan, terutama dengan menggunakan berbagai metode komunikasi sehingga menarik minat para remaja dan anak muda di Ranah Minang untuk belajar seni berdiskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun